Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » Meneladani Rasulullah ﷺ dengan Menjaga Kehalalan Rezeki


Salah satu bentuk cinta para sahabat Nabi Muhammad ﷺ adalah kisah dari sahabat Tsaubān bin Bujdud رضي الله عنه yang terjadi ketika ia mendatangi Nabi Muhammad ﷺ dengan wajah muram dan sedih. Melihat kondisi ini, Nabi ﷺ bertanya: “Wahai Tsaubān, apa yang membuatmu gelisah?”

Tsaubān menjawab dengan suara lirih: “Wahai Rasulullah, ketika aku jauh darimu, hatiku merasa resah, dan aku sangat merindukanmu. Aku khawatir tentang nasibku di akhirat. Jika aku masuk surga, mungkin aku tidak bisa berada dekat denganmu, karena engkau pasti berada di tempat yang lebih tinggi bersama para nabi. Dan jika aku tidak masuk surga, maka aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi.”

Kata-kata Tsaubān ini sangat menyentuh hati Nabi Muhammad ﷺ. Tak lama kemudian, Allah ﷻ menurunkan wahyu yang memberikan ketenangan kepada Tsaubān, yaitu dalam firman-Nya:

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا

“Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisā’ [4]: 69)

Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebagai seorang muslim kita wajib mencintai Rasulullah ﷺ. Namun, cinta kepada beliau tidak cukup hanya diucapkan, melainkan harus diwujudkan dengan ketaatan. Salah satu bentuk ketaatan itu adalah dengan meneladani akhlak dan keseharian Nabi ﷺ.

Akhir-akhir ini kita sering mengelus dada melihat maraknya kasus korupsi yang melanda negeri kita. Oleh karena itu, salah satu keteladanan penting yang bisa kita ambil dari Rasulullah ﷺ adalah meneladani beliau dalam menjaga kehalalan apa yang kita konsumsi dan apa yang kita berikan kepada keluarga kita.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (HR. al-Bukhārī)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau bersabda:

إِنِّي لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا ثُمَّ أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً فَأُلْقِيهَا

“Saat aku pulang ke rumah, aku dapati sebutir kurma jatuh di atas tempat tidurku. Kemudian kurma itu kuambil untuk kumakan. Namun aku khawatir kurma itu adalah kurma sedekah (zakat), maka aku pun membuangnya.” (HR. al-Bukhārī 2431 dan Muslim 1070)

Masih dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata: Al-Hasan bin Ali رضي الله عنهما mengambil sebiji kurma dari harta zakat, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasulullah ﷺ berkata: “Cih, cih!” yaitu mengeluarkan dan membuangnya. Kemudian beliau berkata: “Tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak boleh memakan harta zakat?” (HR. al-Bukhārī 1491 dan Muslim 1069)

Diriwayatkan dari Abul Haura’, bahwa ia bertanya kepada Al-Hasan رضي الله عنه: “Adakah sesuatu yang engkau ingat dari Rasulullah ﷺ?” Al-Hasan menjawab: “Aku masih ingat, (yaitu) ketika aku mengambil sebiji kurma dari harta zakat, lalu aku masukkan ke dalam mulutku. Rasulullah ﷺ mengeluarkan kurma itu beserta saripatinya, lalu mengembalikannya ke tempat semula. Ada yang berkata: ‘Wahai Rasulullah, tidaklah mengapa kurma itu dimakan oleh bocah kecil ini?’ Rasulullah ﷺ berkata: ‘Sesungguhnya, keluarga Muhammad tidak halal memakan harta zakat.’”

Selain meninggalkan keteladanan pada Rasulullah ﷺ, memakan harta haram juga berarti mendurhakai Allah ﷻ dan mengikuti langkah setan. Allah ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.” (QS. al-Baqarah [2]: 168)

Ada beberapa dampak jika kita memakan harta yang haram:

  1. Harta haram membuat malas beramal shaleh

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ

“Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan beramallah shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mu’minūn [23]: 51)

  1. Doa sulit dikabulkan

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌوَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَه

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (ṭayyib), tidak menerima kecuali yang baik (ṭayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. al-Mu’minūn: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah ﷺ menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata: ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015)

  1. Diancam neraka

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.” (HR. Aḥmad dan ad-Dārimī)

Doa Rasulullah ﷺ

Semoga Allah ﷻ menjauhkan kita dari harta haram. Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah doa:

اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. at-Tirmiżī dan Aḥmad)

«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply