Masjid merupakan pusat ibadah dan aktivitas umat Islam yang memiliki peran strategis dalam kehidupan bermasyarakat. Jika menengok kembali ke masa lalu, dapat dengan mudah ditemukan bahwa masjid merupakan salah satu tonggak utama kokohnya peradaban Islam. Masjid tidak hanya semata berperan sebagai tempat penyebaran Islam, tetapi juga menjadi pusat aktivitas pendidikan. Dengan demikian, masjid dan pendidikan berjalan beriringan dalam proses penyebaran Islam. Hal ini menegaskan bahwa masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dari masjid diharapkan lahir para ulama, ilmuwan, mujtahid, dan mujadid yang berkontribusi bagi kemajuan Islam.
Dalam konteks Persyarikatan Muhammadiyah, masjid tidak hanya menjadi tempat untuk melaksanakan shalat berjamaah dan kajian keagamaan semata, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pemberdayaan umat, pendidikan, dan penyelesaian masalah sosial. Mengacu pada perjalanan awal dakwah Almarhum KH. Ahmad Dahlan, hal pertama yang beliau bangun di Kauman Yogyakarta sebelum resmi mendirikan Muhammadiyah adalah sebuah masjid, yang pada masa itu diberi nama dengan Langgar Kidoel. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya masjid sebagai pondasi dalam membangun peradaban Islam sekaligus menjadi pusat kaderisasi dakwah.
Pada periode ini Muhammadiyah tampaknya kembali konsen untuk memvitalkan kembali peran masjid sebagaimana telah dicontohkan Almarhum KH. Ahmad Dahlan. Sudah beberapa angkatan Persyarikatan melalui Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah yang dikomandoi Ustadz Kombes (Purn) HM. Jamaluddin Ahmad, S.Psi menyelenggarakan Akademi Marbot Masjid Muhammadiyah (AM3) dengan konsep roadshow keliling Indonesia. Dengan semangat “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, masjid Muhammadiyah diharapkan mampu memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.
Menurut Ustadz HM. Jamaluddin Ahmad, masjid yang makmur dan memakmurkan setidaknya memiliki empat ciri utama: (1) jamaah yang konsisten dan banyak, seperti Masjid Al-Jihad Muhammadiyah di Banjarmasin yang dipenuhi hingga 1000 jamaah setiap hari; (2) pengajian rutin yang beragam dan kreatif, melibatkan semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa; (3) kegiatan pemberdayaan jamaah, seperti bantuan sembako, parenting, hingga program pencarian jodoh untuk membentuk keluarga sakinah; serta (4) pengelolaan zakat, infak dan sedekah yang efektif untuk mendukung kesejahteraan jamaah, sekaligus menyediakan ruang bagi anak muda untuk berekspresi dan berkontribusi dalam memajukan masjid.
Untuk mencapai tujuan tersebut, masjid Muhammadiyah selayaknya mengintegrasikan berbagai program yang mencakup pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan penguatan moral. Program-program pelatihan keterampilan, bimbingan pernikahan, serta pelayanan kesehatan gratis harus diselenggarakan di setiap masjid untuk membantu masyarakat sekitar. Sampai saat ini kita juga masih merindukan masjid-masjid yang ramah lansia, ramah anak dan ramah musafir. Hal ini menunjukkan betapa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat dari berbagai kalangan.
Dari Masjid Kita Bangkit
Dalam sejarah peradaban Islam, kebangkitan umat sering kali dimulai dari masjid. Masjid Nabawi di Madinah misalnya, bukan hanya menjadi pusat peribadatan, tetapi juga pusat pemerintahan, pendidikan, dan tempat pengambilan keputusan strategis oleh Rasulullah SAW. Para pimpinan Muhammadiyah seharusnya mengambil inspirasi dari hal ini dalam membangun peradaban, dan berkomitmen menjadikan masjid sebagai kiblat awal kebangkitan umat.
Kegiatan AM3 menjadi langkah penting Persyarikatan dalam meningkatkan kompetensi marbot/takmir masjid Muhammadiyah di Indonesia. Dengan pelatihan yang diinisiasi LPCR-RPM PP Muhammadiyah ini bertujuan mencetak marbot/takmir kompeten untuk mendukung masjid unggul berkemajuan, makmur, dan memakmurkan. Hal ini menegaskan pentingnya menjadikan masjid sebagai pusat solusi dan kebangkitan umat, sejalan dengan misi Muhammadiyah menciptakan masyarakat Islam yang ideal.
Dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan spiritual yang kompleks, masjid dapat menjadi tempat di mana masyarakat menemukan jawaban atas masalah mereka.
Saat pulang dari AM3, marbot/takmir masjid-masjid Muhammadiyah diharapkan semakin dicintai oleh masyarakat, karena mampu memberikan yang terbaik untuk mereka, serta menjadi garda terdepan umat dalam solusi bagi berbagai persoalan keumatan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program yang bukan hanya dakwah dan pendidikan, tetapi juga pemberdayaan, dan kebahagiaan jamaah melalui program kajian keislaman, pendalaman Al-Qur’an untuk semua kalangan, serta pelatihan keterampilan untuk pemuda adalah contoh nyata dari usaha ini. Dengan begitu, masjid tidak hanya menjadi tempat yang ramai pada waktu shalat, tetapi juga aktif sepanjang waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Sehingga tidak ada ceritanya masjid Muhammadiyah dikunci dan dibuka saat tiba waktu shalat saja.
Apapun Masalahnya, Masjid Solusinya
Masjid Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk menjadi solusi bagi berbagai masalah umat. Dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan spiritual yang kompleks, masjid dapat menjadi tempat di mana masyarakat menemukan jawaban atas masalah mereka.
Sebagai contoh, dalam masalah kemiskinan, masjid Muhammadiyah dapat menggerakkan gerakan sedekah berjamaah melalui program zakat, infak, dan sedekah. Dana yang terkumpul tidak hanya untuk sedekah fakir miskin saja, tetapi juga dapat untuk pemberdayaan ekonomi seperti pemberian modal usaha, hingga mendirikan koperasi UMKM. Beberapa masjid sudah bisa memberikan modal usaha untuk jamaahnya. Dalam konteks ini, masjid menjadi tempat untuk pelatihan keterampilan dengan bimbingan dari para praktisi yang berkompeten.
Selain itu, masjid juga dapat berperan sebagai mediator konflik, baik konflik rumah tangga, hingga bahkan konflik sosial di masyarakat yang lebih luas, dengan mengedepankan nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin, masjid Muhammadiyah menjadi tempat rekonsiliasi, juga tempat menguatkan relasi harmonis bersama. Ustadz H. Kusnadi Ikhwani, M.M, takmir Masjid Percontohan Al-Falah Sragen, yang juga Ketua Bidang Pembinaan Masjid LPCR-PPM PP Muhammadiyah dalam sebuah wawancara menyampaikan bahwa kehadiran masjid bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi dan persoalan kehidupan seperti korban pinjol dan judi yang marak akhir-akhir ini.
Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, antara lain: Pertama, Pelatihan dan pengembangan kapasitas. Para takmir masjid perlu mendapatkan pelatihan yang terarah, baik dalam bidang pengelolaan masjid, pengelolaan keuangan, hingga pengelolaan program dakwah. Dengan memiliki pelatihan yang memadai, mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif. Alhamdulillah hal ini sudah diwujudkan melalui Akademi Marbot Masjid Muhammadiyah (AM3).
Kedua, Penyediaan sarana dan prasarana. Keberhasilan dakwah masjid juga sangat bergantung pada ketersediaan fasilitas yang memadai. Dukungan berupa penyediaan perpustakaan masjid, fasilitas internet, hingga perlengkapan ibadah yang berkualitas, akan sangat membantu optimalisasi peran masjid.
Ketiga, Pendampingan berkelanjutan. Muhammadiyah di berbagai tingkatan (melalui majelis/lembaga yang disebutkan sebelumnya) perlu memberikan pendampingan intensif kepada para takmir masjid di bawah bimbingan ahli agar mereka terus berkembang. Pendampingan ini mereka terima berupa kunjungan rutin, evaluasi, serta pembinaan spiritual dan manajerial pengurus masjid.
Keempat, Meningkatkan sinergi. Kolaborasi antara masjid Muhammadiyah dengan amal usaha pendidikan, rumah sakit, dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) lainnya akan memperkuat peran masjid sebagai pusat pemberdayaan umat. Dengan sinergi ini, berbagai program dapat berjalan lebih efektif.
Namun, semua ini memerlukan dukungan penuh dari seluruh elemen Muhammadiyah. Dengan pelatihan, pengembangan kapasitas, penyediaan sarana, serta sinergi yang kuat, takmir masjid Muhammadiyah dapat menjalankan perannya dengan optimal. Mari bersama-sama menjadikan masjid kita sebagai pusat peradaban Islam yang membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia.
*) Tulisan ini dimuat di Majalah Tabligh Edisi No. 6/XXII - Dzulhijah 1446 H / Muharram 1447 H
Comments