Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Berita

Pendidikan

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Karnaval Mobil Hias Semarakkan Jalan Protokol Sukoharjo


Sukoharjo - Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musyda) Periode Muktamar 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sukoharjo pada 18 Juni 2023 di Cabang Blimbing mendatang, ribuan warga Muhammadiyah memeriahkan kegiatan Karnaval Mobil Hias, Ahad (28/5/2023).

 

Kegiatan tersebut diikuti oleh semua AUM serta Pimpinan Cabang-Ranting Muhammadiyah-'Aisyiyah se Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan ini sangat menarik karena memunculkan berbagai kreativitas warga Muhammadiyah, ada yang menghias dengan tema pahlawan, tema robot, taman dan lain-lain.

 

Rute perjalanan karnaval ini dimulai dari depan Pondok Pesantren Imam Syuhodo – Tulakan – Tanjung – RS Nirmala Suri – Sukoharjo – Pasar Ir. Soekarno – Simpang lima – Terminal – Masjid Saba’ Muhammadiyah Sukoharjo. Selain mobil, ada juga pasukan GowesMu yang mengikuti karnaval dan santri-santri di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Karnaval Mobil hias ini diikuti oleh 100 peserta mobil hias dan 50 mobil penggembira.

 

Acara ini dikawal juga oleh pihak kepolisian dari Polres Sukoharjo dan dibantu KOKAM untuk mengamankan dalam perjalanan. Tujuan dari kegiatan karnaval ini selain menggali potensi dan kreativitas warga Muhammadiyah serta juga bertujuan untuk menjalin silahturahmi antar warga Muhammadiyah dan AUM yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Menunjukkan bahwa warga Muhammadiyah guyub dan rukun, dan juga melalui kesenian menjadi salah satu metode atau cara dakwah yang dikemas dengan menarik.

 

Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo H. Wiwaha Aji Santosa, S.Pd dalam sambutannya sebelum memberangkatkan karnaval menyampaikan kegiatan Musyda periode Muktamar 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah akan dilaksanakan pada 18 Juni 2023 di Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Blimbing. Wiwaha yakin Musyda akan berjalan dengan lancar melihat sangat meriahnya berbagai semarak kegiatan yang diadakan panitia, termasuk Karnaval Mobil Hias.

 

“Kegiatan Karnaval Mobil Hias pagi ini berjalan sedemikian luar biasanya. Sehingga menurut saya Musyda Sukoharjo ini bisa dikatakan Musyda paling meriah se-Indonesia,” kata Wiwaha.

 

“Tidak hanya karnaval, Musyda Sukoharjo tahun ini bahkan mempunyai themesong yang diciptakan oleh anak-anak muda Muhammadiyah. Hal ini menambang semarak dan semangatnya Musyda kali ini,” lanjutnya.

 

Ketua Panitia Musyda Yusuf Aziz Rahma, S.Pd menyampaikan bahwa selain Karnaval Mobil Hias ini, dalam rangkaian Musyda, diadakan juga sudah terlaksana berbagai kegiatan seperti halal bihalal bersama Ketua PWM Jateng, Apel AMM bersama Kokam PP Pemuda Muhammadiyah dan Porseni yang diikuti oleh 12 PCM se-Sukoharjo.

 

“Setelah karnaval ini, Panitia juga masih akan mengadakan jalan sehat yang menghadirkan 20 ribu warga Muhammadiyah, ada juga lomba TPQ se-Kabupaten Sukoharjo, dan yang tidak kalah merihanya juga akan ada Tabligh Akbar yang menghadirkan Dai Nasional Ustadz Wijayanto,” tambahnya.

 

Yusuf juga menyampaikan bahwa selama sepuluh hari sebelum puncak Musyda, panitia juga akan menggelar Bazar yang menghadirkan produk-produk UMKM di Sukoharjo. 

Muhammadiyah Cabang Blimbing Sabet 4 Medali Emas pada Porsenimu Sukoharjo


Sukoharjo - Ratusan peserta terdiri dari 12 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan ‘Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Sukoharjo turut memeriahkan Perlombaan Olahraga dan Seni (Porseni) 2023. Perlombaan yang digelar dalam rangka menyemarakkan Musyawarah Daerah periode muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sukoharjo tersebut dilaksanakan dalam waktu satu hari, tepatnya pada Ahad (21/05/2023).


Kompetensi dengan 4 cabang lomba untuk PCM dan 2 cabang lomba untuk PCA ini merupakan agenda yang pertama kali diadakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Aisyiyah (PDA) Sukoharjo. Untuk tahun ini, PCM Blimbing yang menjadi tuan rumahnya.


Bendahara Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sukoharjo sekaligus ketua pelaksana Musyda Yusuf Aziz Rahma, S.Pd menyampaikan bahwa momentum Porseni agar dimanfaatkan untuk membangun kebersamaan, persatuan dan kesatuan antar cabang Muhammadiyah.


“Warga Muhammadiyah agar menerapkan sportifitas yang dijiwai dengan nilai-nilai keislaman dalam setiap perlombaan, sehingga nantinya diharapkan menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna Muhammadiyah,” harapnya.


Sementara itu, Dr. H. Mohtar Yunianto, M.Si selaku koordinator Genyar Musyda menyampaikan, ada 6 cabang lomba yang dipertandingkan dalam ajang ini, yaitu: Sepak Takraw, Tenis Meja, Badminton dan Panahan untuk PCM.


“Sementara itu untuk PCA diwakili oleh lomba paduan suara dan lomba pidato bahasa Jawa,” sambungnya.


Sekretaris Gebyar Musyda Abdullah Majid, S.Pd menuturkan tujuan dari Porseni ini selain untuk menyemarakkan Musyda adalah untuk menyambung silaturrahmi antar PCM-PCA se-Kabupaten Sukoharjo.


Dia menambahkan hasil semua pertandingan, PCM Blimbing meraih juara umum dengan perolehan medali emas terbanyak. Berikut hasil lengkap Porseni semarak Musyda:


Paduan Suara

Juara 1 : PCA Nguter 

Juara 2 : PCA Bekonang

Juara 3 : PCA Bendosari


Pidato Bahasa Jawa

Juara 1 : PCA Bekonang

Juara 2 : PCA Weru

Juara 3 : PCA Grogol 


Panahan Putra 

Juara 1 : PCM Blimbing 

Juara 2 : PCM Bekonang 

Juara 3 : PCM Gatak



Panahan Putri 

Juara 1 : PCM Blimbing

Juara 2 : PCM Nguter

Juara 3 : PCM Gatak


Sepak Takraw

Juara 1 : PCM Blimbing

Juara 2 : PCM Nguter

Juara 3 : PCM Bekonang

Juara 4 : PCM Weru

Juara 5 : PCM Bendosari


Tenis Meja

Juara 1 : PCM Blimbing

Juara 2 : PCM Bekonang

Juara 3 : PCM Baki & PCM Gatak


Badminton

Juara 1 : PCM Grogol

Juara 2 : PCM Blimbing 

Juara 3 : PCM Sukoharjo & PCM Tawangsari 

Sambut Musyawarah Daerah, Muhammadiyah Sukoharjo Gelar Apel



Sukoharjo - Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musyda) Periode Muktamar 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah pada 18 Juni 2023 di Cabang Blimbing mendatang, ribuan Angkatan Muda Muhammadiyah Sukoharjo menggelar Apel Kesiapsiagaan. Apel AMM dihadiri Kokam Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Suparno GAM. Hadir pula Ketua PDM Sukoharjo H. Wiwaha Aji Santosa, S.Pd dan jajarannya, Ketua PDA Sukoharjo Dra. Hj. Siti Sholikah, M.Pd dan jajarannya, unsur Forkopimca Polokarto, di antaranya Kapolsek Polokarto Susanto dan Koramil Polokarto.

Apel kesiapsiagaan AMM dipusatkan di Lapangan Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto. Kegiatan diikuti Generasi Muda Muhammadiyah se-Kabupaten Sukoharjo terdiri dari KOKAM, MDMC, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, IGABA, dll. Selain itu, hadir pula delegasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Sukoharjo. Seusai apel juga ditampilkan unjuk ketrampilan bela diri dari para siswa Tapak Suci asuhan Pimda Sukoharjo.

Instruktur Kokam PP Pemuda Muhammadiyah Suparno GAM mengawali pembinaan apel dengan pesan kepada AMM agar meneladani Ketua PDM Sukoharjo, yang meskipun sudah aktif di Muhammadiyah, tapi beliau juga masih aktif di AMM, yaitu sebagai Ketua Tapak Suci Jawa Tengah.

“Berbicara tentang kiprah kita sebagai AMM, berarti kita ditunjuk untuk menjalankan risalah berkemajuan yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kalau kita ingin bisa menjadi pemuda teladan, maka kita harus meneladani Rasulullah SAW dalam membawa Islam rahmatan lil ‘alamin,” ujar Suparno, Ahad (21/05/2023).

Meskipun tidak mungkin bisa sama dengan Rasulullah, Suparno juga menekankan untuk meneladani para sahabat, karena mereka yang dekat hidupnya dengan Rasulullah.

Terkait akan diselenggarakannya Musyda Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Suparno berpesan agar AMM bisa mengedepankan jiwa Korsa dan amar makruf nahi munkar.

“Contohlah jiwa Korsa para sahabat Nabi yang sangat tinggi, dengan begitu Muhammadiyah akan patut diperhitungkan,” pintanya.

Sementara, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo Wiwaha Aji Santosa menyampaikan kegiatan Musyda periode muktamar 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah  akan dilaksanakan pada 18 Juni 2023 di Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Blimbing. Wiwaha yakin Musyda akan berjalan dengan lancar melihat semaraknya kegiatan apel pagi itu.

“Kalau kegiatan apel pagi ini dapat berjalan sedemikian luar biasanya, saya yakin Musyda akan berjalan lancar dan Muhammadiyah yang akan datang benar-benar akan mencerahkan semasta dan memajukan Indonesia,” harap Wiwaha.

Terkait tahun politik, Ketua PDM berpesan agar angkatan Muda Muhammadiyah tidak mudah terpecah belah.

“Kuatkan tekat untuk meninggikan kalimat Allah. Jangan sampai fastabiqul khairat hanya jadi semboyan di lisan, tapi harus melandasi gerak langkah hidup kita,” pesannya.

Ketua Panitia Musyda Yusuf Aziz Rahma, S.Pd menyampaikan bahwa selain Apel pagi ini, dalam rangkaian Musyda, di antaranya akan diadakan kegiatan halal bihalal oleh PW Muhammadiyah Jateng, Porseni, karnaval mobil hias, tabligh akbar dan jalan sehat.


“Pembukaan Musyda oleh PW Muhammadiyah Jawa Tengah insyaallah akan dihadiri langsung oleh Bupati Sukoharjo Hj. Etik Suryani, S.E, M.M di Pondok Pesantren Modern Imam Syuuhodo, Oya. selama 10 hari sebelum Musyda juga akan diadakan bazzar,” katanya.

Ramadhan dan Pendidikan Keluarga


Muhammad Nasri Dini, M.Pd


Alhamdulillah, atas ijin Allah SWT kita dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan yang mulia. Di mana banyak orang yang tahun lalu masih bisa menjumpai indahnya Ramadhan, tapi tahun ini sudah tidak mendapatkan keberuntungan tersebut kembali. Mungkin ada pula di antara anggota keluarga kita yang Ramadhan dan lebaran tahun kemarin masih berkumpul dan merayakan kebahagiaan bersama kita, tapi ternyata di tahun ini tak bisa lagi menjalani ibadah Ramadhan bersama, apalagi berhari raya. Hal ini pantas untuk kita renungkan bersama, sehingga kita bisa memanfaatkan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Termasuk memanfaatkan kebersamaan Ramadhan ini dengan keluarga tercinta. Kehadiran bulan suci Ramadhan dapat menjadi momentum terbaik dalam pembinaan keluarga. Sebab pada bulan penuh berkah ini biasanya seluruh anggota keluarga dapat berkumpul bersama, yang selama ini jarang dilakukan. Karena bisa jadi kebersamaan yang dinikmati saat ini tak akan bisa terulang kembali di waktu yang lain. Mari kita renungkan kembali firman Allah SWT berikut ini agar kita bisa memanfaatkan dengan baik kebersamaan dengan keluarga, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At- Tahrim [66]: 6)

Maka bulan Ramadhan bisa menjadi momen untuk mentarbiyah keluarga. Karena di dalamnya ada banyak hal yang bisa dijadikan materi untuk mengokohkan kembali pendidikan keluarga. Beberapa di antaranya akan disampaikan dalam tulisan sederhana ini. Pertama, Pendidikan Keteladanan. Ramadhan adalah momen bagi orang tua untuk memberikan keteladanan kepada anak-anaknya, juga keteladanan suami kepada istrinya. Untuk membentuk anak yang rajin beribadah, berjiwa sosial, dan sebagainya, tentu harus dimulai dulu dari orang tuanya. Tidak mungkin orang tua hanya menyuruh saja dengan perkataan, tetapi mereka sendiri tidak mencontohkannya. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As Saf [61]: 2-3)

Ramadhan merupakan momen yang tepat untuk memulai pendidikan keteladanan orang tua kepada anak. Di luar Ramadhan, mungkin terasa aneh jika orang tua yang sebelumnya jarang beribadah tiba-tiba mencontohkan atau memerintahkan kepada anak-anaknya berbagai macam ibadah. Tapi tidak aneh jika hal ini dilakukan pada bulan Ramadhan, karena bulan ini bisa dibilang musimnya ibadah. Tidak hanya di keluarga kita saja, di keluarga lain pun juga sedang menggalakkan berbagai macam ibadah. Maka ini adalah momen yang tepat bagi orang tua untuk memberikan keteladanan kepada anak-anak mereka. Mengajak shalat berjamaah di masjid, bersama-sama menghadiri tadarus atau ta’lim yang menjamur, tilawah Al-Qur’an dan yang lainnya. Akan beda rasanya saat anak diperintah semata, dengan anak yang diajak bersama-sama oleh orang tuanya menjalani itu semua.

Kedua, Pendidikan Kedisiplinan. Beberapa orang pernah penulis dengar mengatakan, bahwa sikap disiplin paling tinggi akan dimiliki seorang muslim saat dia menunaikan ibadah puasa. Dia akan makan sahur tepat pada waktunya, syukur-syukur mepet dengan waktu imsak atau azan subuh. Dia juga tidak akan pernah terlambat untuk berbuka meskipun sedikit, bahkan sebelum azan maghrib pun pasti dia sudah persiapan sedemikian rupa. Hal ini beda dengan ibadah-ibadah yang lain, shalat misalnya, masih ada yang menunda-nunda meski waktunya tiba. Zakat juga begitu, masih banyak yang tidak disiplin melaksanakannya.

Tapi pada ibadah puasa, semua yang menjalankannya pasti sangat menjaga kedisiplinannya. Ini pun bisa dijadikan momen bagi orang tua untuk menanamkan kedisiplinan kepada anak-anaknya. Saat Ramadhan waktunya sahur harus bangun pagi. Setelah terlatih, nanti selepas Ramadhan akan tetap membiasakan diri bangun pagi, minimal saat azan subuh berkumandang harus sudah bangun. Kedisiplinan juga akan dijumpai di tempat kerja, di antaranya dia akan lebih giat bekerja, karena ada harapan mendapatkan tunjangan hari raya. Dalam keluarga, kedisiplinan ini juga bisa dijadikan momen bagi orang tua untuk memberikan reward pada anak-anaknya. Misalkan jika puasanya genap sebulan maka akan diberikan hadiah. Tentu ini akan memberikan semangat kepada anak-anak mereka.

Ketiga, Pendidikan Kebersamaan. Di luar Ramadhan, mungkin masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan masing-masing yang sangat padat. Tapi memasuki bulan Ramadhan, ada kegiatan-kegiatan yang memang sama, dan bisa dilaksanakan secara bersama-sama. Dan ini bisa menjadi momen untuk merajut kembali kebersamaan keluarga yang jarang didapatkan di luar Ramadhan. Tentang kebersamaan dalam ibadah ini juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau, “Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah suaminya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Contoh lain misalkan adalah kebersamaan dalam sahur dan berbuka. Pada momen tersebut, anak-anak bisa mendapatkan juga pendidikan dari orang tua mereka, misalkan tentang amalan-amalan sunnah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, di antaranya yaitu waktu sahur yang diakhirkan dan waktu berbuka yang didahulukan. Baik sahur maupun berbuka, keduanya bisa menjadi sebuah momen untuk membangun kebersamaan sesama anggota keluarga. Bulan Ramadhan juga dapat menjadi bulan pendidikan bagi keluarga dalam banyak aspek, baik aspek ilmiah maupun amaliah. Ramadhan pun bisa menjadi momen family time. Waktu yang dimiliki oleh seseorang bisa dihabiskan untuk berinteraksi secara lebih intensif bersama anggota keluarga yang lain. Momen ini juga dapat digunakan untuk membuat semua anggota keluarga menjadi lebih mengenal karakter antara satu sama lain yang bisa saja berbeda.

Keempat, Pendidikan Kepekaan Sosial. Ramadhan disebut juga bulan sedekah, bulan berbagi. Tentu sudah pasti orang tua akan mendidik anak-anak mereka agar peduli dan berbagi dengan sesama, entah melalui zakat yang wajib, maupun infak dan sedekah yang sunnah. Tapi sebelum orang tua mendidik anak-anaknya agar peduli kepada orang-orang di luar, maka dia harus menanamkan terlebih dahulu di dalam keluarganya untuk saling peduli satu sama lain. Momen sahur dan buka puasa pun bisa menjadi bahan untuk pendidikan kepekaan sosial ini. Artinya, semua anggota keluarga mempunyai hak yang sama terhadap makanan yang ada di keluarga tersebut. Jangan sampai salah satu anggota keluarga menghabiskan makanan sendiri dan anggota yang lain pun tidak kebagian. Dari Mu’awiyah Al Qusyairi RA, ia bertanya pada Rasulullah SAW mengenai kewajiban suami pada istri, lalu Rasulullah SAW bersabda, “Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian.” (HR. Abu Dawud, sahih menurut Al Albani)

Orang tua juga bisa menanamkan kepada anak-anak mereka, bahwa mereka meskipun lapar karena berpuasa, tapi masih ada kesempatan sahur dan berbuka. Tapi di sisi dunia yang lain ada orang-orang yang meskipun tidak dalam keadaan berpuasa, tapi mereka tidak memiliki sesuatu apapun untuk dimakan. Entah di belahan dunia yang sedang dilanda penjajahan seperti Palestina misalkan, atau di beberapa tempat di Benua Afrika yang seringkali dilanda kekeringan. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang yang beriman tidak akan kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Al Bukhari)

Kelima, Pendidikan Tanggung Jawab. Setiap anggota keluarga mempunyai posisi dan tanggung jawab masing-masing. Dan penanaman kesadaran tentang tanggung jawab dan pembagian peran anggota keluarga ini mempunyai momen pula di bulan Ramadhan. Misalkan dalam sahur, jika ibu bertanggung jawab menyiapkan menu sahur, ayah bertanggung jawab membangunkan anak-anak, kemudian nanti anak-anak yang membereskan dan mencuci alat makan setelah selesai sahur. Ini contoh kecilnya. Dalam skala yang lebih besar, ayah bertanggung jawab terhadap nafkah keluarga. Di akhir bulan Ramadhan nanti bisa jadi dia yang bertugas untuk membayar zakat, juga membelikan baju baru untuk keluarganya. Meskipun masing-masing anggota keluarga mempunyai posisi dan tanggung jawab masing-masing, tapi tidak menutup kemungkinan mereka saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Jangan sampai ada kekakuan dalam keluarga sehingga merasa jika tanggung jawabnya sudah ditunaikan maka tidak mau peduli terhadap anggota keluarga yang lain.

Selain lima hal tersebut, sebenarnya masih banyak pendidikan yang bisa ditanamkan dalam keluarga pada bulan Ramadhan. Misalkan pendidikan kasih sayang yang tercermin dalam ritual saling memaafkan saat Idul Fitri tiba; pendidikan ibadah dan taqwa juga sudah pasti; termasuk pendidikan kesehatan; setelah Ramadhan selesai, masih juga ada pendidikan keistiqamahan, dimana ada syariat puasa Syawal dan anjuran untuk menjaga amal shalih yang sudah terbiasa dikerjakan saat bulan Ramadhan.

Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan dapat membawa berbagai kebaikan bagi setiap orang yang beriman. Salah satu di antaranya adalah momentum untuk mengokohkan kembali pendidikan dalam keluarga agar menjadi lebih baik. Sehingga keluarga dapat berdiri kokoh di atas akar tauhid, batang pohon taqwa yang tegak, dan buah akhlak yang baik. Semua itu terwujud manakala Ramadhan menjadi madrasah dan tarbiyah meraih pribadi takwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah [2]: 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Wallahu a’lam


*) Tulisan ini sebelumnya dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 04/XXI | April 2023 M | Ramadhan 1444 H

Filosofi Logo Musyda Muhammadiyah - Aisyiyah Sukoharjo 2023


FILOSOFI LOGO

Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah dan Aisyiyah periode Muktamar 48 akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo pada 18 Juli 2023 M / 29 Dzulqa’dah 1444 H. Sebagai tuan rumah adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah – Aisyiyah Blimbing.

 

Daun bermotif batik Parang Rusak

Daun melambangkan kerja sama. Sehelai daun saling mendukung dengan daun lainnya untuk menjaga keberlanjutan hidupnya. Maka diharapkan kegiatan Musyda ini membuahkan hasil yang bermanfaat untuk keberlanjutan perjuangan Persyarikatan.

 

Parang Rusak bermakna perang, menyingkirkan segala yang rusak atau melawan segala macam godaan (nahi mungkar).

 

Matahari Terbit diasosiasikan sebagai semangat baru yang terbit mencerahkan kehidupan setelah kegelapan dan memancarkan rahmatan lil ‘alamin.

 

Tulisan Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagaimana terdapat dalam logo Muhammadiyah dan Aisyiyah menunjukkan syiar kegiatan Persyarikatan.

 

Sulur-sulur (Lung-lungan)

Tulung-tulungan Wa ta'awanu alal birri wat taqwa (Al Maidah : 2). Musyda menghasilkan putusan berupa gerakan yang berwujud tolong-menolong di dalam kebajikan dan ketakwaan.

  

Gunungan dalam konsep Jawa adalah simbol pohon kehidupan yang melambangkan seisi alam semesta. Dalam pagelaran wayang, gunungan digunakan sebagai pembuka dan penutup adegan, tanda setiap pergantian babak.

 

Bentuk gunungan angka 48 dalam aksara Arab, menjadi simbol dari Musyda periode Muktamar 48, yang menjelaskan babak baru estafeta dari periode lama ke periode yang baru.

 

Siluet tugu Adipura sebagai icon Kabupaten Sukoharjo.

Khutbah Jumat: Menyambut Ramadhan



Oleh: Muhammad Nasri Dini

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ


Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah...

Setelah bersyukur ke hadirat Allah SwT atas segala nikmat dari-Nya dan bershalawat atas Rasulullah Muhammad saw, tak lupa khatib berwasiat agat kita semua senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT. Semoga dengan keimanan dan ketakwaan yang sebenar-benarnya, kita semua dapat menjumpai Allah SwT dengan perjumpaan yang husnul khatimah.

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Tidak lama lagi bulan Ramadhan yang istimewa akan kembali datang menyapa kita semuanya. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka dengan seluas-luasnya dan pintu-pintu neraka ditutup dengan serapat-rapatnya, serta setan-setan dibelenggu. Selayaknya seorang yang akan kedatangan tamu istimewa, tentu dia akan mempersiapkan dengan maksimal. Sudahkah kita bersiap menyambut kedatangan tamu agung tersebut? Sudahkah kita mempersiapkan dengan maksimal untuk menjamu datangnya Ramadhan di tengah-tengah kita? Allah SwT berfirman,

 

يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr [59]: 18)

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah..

Lantas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menyambut datangnya tamu istimewa bulan Ramadhan yang agung ini? Paling tidak ada empat hal berikut. Pertama, Ilmu. Ibadah di bulan Ramadhan mempunyai keutamaan yang besar. Saat memasukinya, tentu harus punya bekal ilmu yang matang. Rasulullah saw bersabda,

 

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Kedua, Ruhiyah (keimanan). Ramadhan adalah bulan ibadah dan bulan anti maksiat. Maka selayaknya kita mempersiapkan diri mulai saat ini dengan membiasakan ibadah lebih intensif dan lebih mengendalikan diri dari bermaksiat. Saat Nabi Muhammad saw menyambut kehadiran Ramadhan, sebulan sebelumnya telah dipersiapkan dengan matang. Beliau semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah sejak bulan Sya’ban. Ummul Mu’minin Aisyah ra menceritakan,

 

وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ

Dan aku tidak melihat beliau berpuasa  yang lebih banyak dibandingkan pada bulan Sya’ban. (HR. Muslim)

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Ketiga, Jasadiyah (fisik/jasmani). Selain menempa nilai-nilai spiritual dan keimanan, Ramadhan juga menguji kekuatan fisik. Berpuasa sehari penuh dari terbit fajar sampai matahari terbenam memerlukan fisik yang benar-benar sehat. Begitu pula dengan qiyamul lail (shalat tarawih), memerlukan jasmani yang prima untuk bisa menunaikannya dengan baik.

Maka sudah selayaknya, saat ini kita mulai berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan. Selalu makan makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur bisa menjadi cara untuk mempersiapkan fisik. Persiapkan jasmani dengan matang agar lancar dalam menjalani ibadah spesial selama sebulan penuh. Sangat disayangkan jika Ramadhan tiba, namun kita justru tidak bisa melaksanakannya dengan maksimal karena dalam kondisi sakit, padahal pahalanya dilipatgandakan Allah SwT.

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Keempat, Maliyah (harta). Selain bulan puasa dan bulan qiyamul lail, Ramadhan juga dikenal dengan bulan sedekah, bulan infak, dan tentu saja ada kewajiban zakat fithri. Ada pula keutamaan ber-umrah di bulan Ramadhan. Semua hal tersebut tidak bisa terlaksana jika tanpa adanya harta. Ibnu ‘Abbas ra berkata,

 

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ

“Nabi saw adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Sungguh beruntung orang-orang yang mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Ramadhan. Dengan persiapan matang, hasil Ramadhan tentunya akan menjadi maksimal pula. Dan sangat rugi di kala Ramadhan datang menghampiri, tapi tidak dipersiapkan. Bertambah lagi kerugian jika datangnya Ramadhan tidak menambah tabungan pahala. Dan kerugian itu semakin bertambah lagi, jika saat Ramadhan pergi baru tersadar, kemudian merasa menyesal karena tidak memanfaatkan perjumpaan dengannya semaksimal mungkin.

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Apapun keadaan kita, siap atau tidak, maka Ramadhan akan tetap datang menghampiri. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang rugi karena menyambut Ramadhan ala kadarnya, atau malah tanpa persiapan sama sekali. Semoga Allah SwT memanjangkan umur kita sehingga masih bisa berjumpa dengan Ramadhan. Di antara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,

 

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”

 

Jamaah Jum’ah Hafidzakumullah…

Semoga Ramadhan tahun ini lebih baik karena telah dipersiapkan dengan matang. Sehingga pahala dari Allah SwT yang bisa diraih juga lebih maksimal. Dan pada akhirnya, kita bisa memasuki surga-Nya dari pintu Ar Rayyan. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin...

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

=======================================================================

*) Dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 03 | Tahun 108 | 1-15 Februari 2023 M/10-24 Rajab 1444 H

Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu



KHUTBAH JUMAT:

Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Khutbah Pertama

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

أَمَّا بَعْدُ


Ada salah satu ungkapan yang sangat masyhur di telinga kita dan sejak kecil menjadi motivasi kita untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada orang tua yaitu “surga di bawah telapak kaki ibu”. Ungkapan yang singkat namun menyimpan banyak nasihat. Di antara dalil yang melandasi ungkapan tersebut adalah sabda baginda Rasulullah saw yang dikeluarkan oleh Imam an-Nasâ-i (6/11), al-Hâkim (2/114 dan 4/167) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (2/289), dengan sanad mereka dari Mu’awiyah bin Jahimah as-Sulami bahwa ayahnya Jahimah as-Sulami RA  datang kepada Nabi Muhammad saw dan berkata:

 

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

 

Wahai Rasûlullâh! Aku ingin ikut dalam peperangan (berjihad di jalan Allâh Azza wa Jalla ) dan aku datang untuk meminta pendapatmu.” Maka Rasûlullâh SAW bersabda, “Apakah kamu mempunyai ibu?” Dia menjawab, “Ya.” Rasûlullâh SAW bersabda, “Tetaplah bersamanya! Karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya.”

Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim, disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dan al-Mundziri. Juga dikuatkan oleh Imam al-Haitsami dan dihukumi sebagai hadits hasan oleh Syaikh al-Albani.

 

Lalu sebenarnya bagaimana penjelasan dari ungkapan “surga dibawah telapak kaki ibu”? Apakah memang secara lahiriah tampak jelas surga itu bercokol di bawah kaki ibu, atau hanya kiasan yang syarat makna? Tentulah ungkapan tersebut adalah kiasan yang menyiratkan makna betapa kita wajib berbakti kepada ibu kita. Dalam kitab Mirqâtul Mafâtîh (IV/676) al-'Allamah ath-Thibi mengatakan, maksud sabda Nabi saw: “surga di bawah kedua kaki ibu” adalah kinayah atau kiasan dari puncak ketundukan dan kerendahan diri seorang anak terhadap ibunya, sebagaimana firman Allah:

 

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS al-Isra: 24).

 

Dalam penjelasan lain dari Imam al-Munawi dalam kitab at-Taisir bi Syarhil Jâmi’is Shaghîr (I/966) dikatakan: “Bahwa selalu menaati  para ibu adalah sebab dekatnya seseorang memasuki surga.” 

 

Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah SWT terus memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita selalu berbakti kepada orangtua.

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

Khutbah Kedua 
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Dari penjelasan tentang ungkapan “surga dibawah telapak kaki ibu” dapat ditarik hikmah yang sanngat berharga, betapa Allah Swt yang sedemikian luas rahmat-Nya membukakan pintu-pintu surga untuk hamba-Nya dari berbagai sisi. Di antaranya adalah melalui ketaatan kita kepada orang tua dan utamanya kepada ibu kita.

 

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيَّنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ