Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Khutbah Jumat: Mengatasi Penyakit Hasad


KHUTBAH JUMAT: MENGATASI PENYAKIT HASAD

OLEH: ANDIKA RAHMAWAN

Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Alhamdulillah. Karena nikmat dan rahmat dari Allah SwT, hari ini kita bisa menjumpai lagi hari yang sangat mulia dalam setia pekan, yaitu hari raya Jum’at. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan beliau hingga akhir zaman nanti. Tak lupa khatib berpesan untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SwT,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 197)

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Selain tubuh, hati kita juga bisa terjangkit penyakit. Penyakit hati jauh lebih berbahaya. Sebab, efek yang ditimbulkannya tidak saja dirasakan di dunia, tetapi berlanjut hingga di akhirat. Salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya adalah hasad. Hasad adalah faktor utama tumbuh suburnya kebencian. Dari kebencian itulah akan muncul beragam tindak kezaliman.

 

Sejarah telah membuktikan. Pembunuhan pertama kali terjadi dipicu oleh hasad. Qobil membunuh saudara kandungnya karena hasad. Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Yusuf as. Ia dijerumuskan saudaranya ke dalam sumur juga karena hasad. Itulah sebabnya Rasulullah saw memperingatkan umatnya dari bahaya penyakit ini dalam sabdanya,

لاَ تَقَاطَعُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ تَبَا غَضُوْا وَلاَ تَحَا سَدُوْا وَكُوْنُوْا إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَ كُمُ اللَّهُ

“Janganlah kalian memutuskan tali persaudaraan, saling berpaling ketika bertemu dan saling membenci serta saling dengki. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah.” (HR.Muslim)

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Apakah sesungguhnya hasad itu? Hasad adalah kebencian pada orang lain disebabkan kebaikan yang ada pada dirinya. Alhasil pikiran orang yang terserang hasad dikuasai oleh keinginan menghilangkan kebaikan yang ada pada orang lain. Merasa tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang lain, sudah disebut hasad, walau tidak menginginkan nikmat tersebut hilang. Ibnu Taimiyah berkata, “Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.”

 

Ibnul Qayyim berkata,Hasad (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah Azza wa Jalla atas hamba-Nya, padahal Allah Azza wa Jalla menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya.

 

Allah SWT berfirman,

وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Qs. an Nisa’ [4]: 32)

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Meski sangat berbahaya, Islam telah menyediakan obat untuk menerapi penyakit hasad tersebut. Salah satunya memandang setiap peristiwa, baik menyenangkan atau tidak sebagai ketetapan dan takdir dari Allah SwT, maka penyakit hasad itu dapat diredam. Sebab, takdir Allah SwT tidak tertolak dan selalu tersimpan di baliknya hikmah dan kebaikan. Allah SwT berfirman,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Kalau kita menyadari bahwa semua adalah takdir Allah SwT, maka saat orang lain mendapatkan kenikmatan, sifat hasad tak akan menyala. Sebab, keyakinan di atas sudah membentenginya. Membiarkan hasad muncul akan menjadi sumber kegelisahan. Karena substansi dari sifat hasad adalah menolak takdir dan ketentuan Allah SwT, padahal takdir Allah SwT tidak bisa ditolak.

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah SwT memberi taufik dan hidayah. Aamiin...

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

 

KHUTBAH KEDUA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Ubadah bin Shamit ra, salah seorang sahabat Rasulullah saw, pernah berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh engkau tidak akan mendapatkan kelezatan hakikat iman hingga engkau meyakini bahwasanya apa yang telah ditakdirkan oleh Allah akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang ditakdirkan tidak menimpamu tidak mungkin mengenai dirimu.” (HR. Abu Dawud)

 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia...

Semoga kita dapat terhindar dari penyakit hasad, sebuah penyakit hati yang dapat membuat amalan kebaikan kita menjadi sia-sia. Rasulullah saw bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

“Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)

 

Berbahagilah orang-orang yang bisa mengatasi penyakit hasad, semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin...

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ، اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah


MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH

 

1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ ruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil makmur yang diridai Allah -subhanahu wa ta’ala-, untuk melaksanakanfungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

 

2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad –shallallahu ‘alayhi wa sallam-, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

 

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:

a. Al-Qur’an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad -shallallahu ‘alayhi wa sallam-;

b. Sunnah Rasul : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad -shallallahu ‘alayhi wa sallam- dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

 

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:

a. Akidah

b. Akhlak

c. Ibadah

d. Muamalah Duniawiyah


4.1 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

4.2 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.

4.3 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah -shallallahu ‘alayhi wa sallam-, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

4.4 Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-.

 

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha Bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan Makmur dan diridhai Allah -subhanahu wa ta’ala-.: “BALDATUN THAYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR”

 

(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)

 

Catatan:

Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah:

a. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;

b. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta.


Sumber: Website Resmi Muhammadiyah

Membedah Mundurnya Waktu Subuh

 

“Buku ini sangat fenomenal. Hasil kajian yang hampir setebal 400 halaman ini bukan saja sangat komprehensif, tapi betul-betul second to note karena kebanyakan ahli syariah hanya banyak berkomentar, tapi tidak ada hasil kerjanya.” (Prof. Dr. H. Tono Saksono, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah)

 

Akhir tahun 2020 yang lalu, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke XXXI. Di antara keputusan dalam Munas tersebut adalah tentang kriteria awal waktu subuh. Dalam Tanfidz Munas yang diterbitkan akhir Maret 2021 lalu dijelaskan, kalau awal waktu subuh yang berjalan sebelumnya di Indonesia adalah minus 20 derajat dari ketinggian matahari, maka Munas Tarjih setelah melalui kajian yang mendalam menetapkan bahwa ketinggian matahari awal waktu subuh diubah (dimundurkan) menjadi minus 18 derajat di ufuk bagian timur. Jika dikonversikan ke dalam menit, 1 derajat adalah 4 menit, maka 2 derajat berarti waktu subuh kita bertambah 8 menit dari waktu yang sebelumnya berlaku.

Ternyata kajian tentang polemik awal waktu subuh ini sudah berjalan cukup lama. Di Indonesia, Ustadz Agus Hasan Bashori sudah memeloporinya bersama gurunya, Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi sejak tahun 2009. Bahkan Ustadz Agus Hasan tidak berhenti berkampanye tentang waktu subuh hingga saat ini. Hingga terbitlah buku berjudul “WAKTU SUBUH, Secara Syar’i, Astronomi dan Empiris Edisi Revisi” pada awal 2021 ini. Perjuangan beliau mensosialisasikan waktu subuh ini bahkan sudah pernah disampaikan pada pihak-pihak terkait. Antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Menteri Agama, Ketua MPR RI, dan beberapa ulama di Malaysia.

Buku yang ditulis Dr. KH. Agus Hasan Bashori, Lc, M.A dan dibantu oleh KH. M. Syu’aib Al Faiz, Lc, M.Si ini diklaim paling lengkap oleh penerbitnya. Karena bahannya ditulis sejak tahun 2009 hingga tahun 2020 dengan menggunakan hampir semua pendekatan, yaitu: syar’i, fiqhi, ifta’i, historis, astronomis, empiris dan dialogis. Bahkan secara saintis dan teknologi, penulis juga merujuk kepada penelitian waktu subuh yang dilakukan oleh Prof. Dr. Tono Saksono dan Tim ISRN (Islamic Science Research Network) dari UHAMKA yang bergerak mulai tahun 2016.

Buku yang diterbitkan oleh YBM (Yayasan Bina Al Mujtama’) Malang ini disusun dalam tujuh bab dengan sub-sub babnya. Bab I: Pendahuluan, Polemik Waktu Subuh di Indonesia dan Dunia, Bab II: Perhatian Ulama Terhadap Fajar Shadiq, Bab III: Fajar Shadiq yang Dimaksud dalam Al Qur’an dan As Sunnah, Bab IV: Jawaban atas Syubhat-Syubhat Seputar Koreksi Waktu Subuh, Bab V: Perkembangan dan Harapan, Bab VI: Iqamah Shalat Subuh Harus Mundur, dan Bab VII: Penutup. Hasil Munas Majelis Tarjih juga dikemukakan penulis pada Bab V poin F dengan judul “Munas Tarjih Muhammadiyah ke-31 Mengoreksi Waktu Subuh” (hlm 320-321). Selain itu, buku ini juga semakin lengkap dengan melampirkan foto-foto fajar kadzib dan fajar shadiq dari berbagai wilayah di Indonesia.

Buku ini menjadi semakin menarik karena diberi pengantar oleh para tokoh terkemuka, di antaranya Prof. Dr. H. Tono Saksono (Ketua Tim Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA dan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah), Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, M.A Alhafizh (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Pakar Fikih Kontemporer), AR. Sugeng Riyadi, S.Pd, M.Ud (Anggota Tim Falakiyah Kemenag RI, Anggota International Astronomical Center (IAC)), KH. Yusuf Usman Baisa, Lc (Wakil Ketua DPP Perhimpunan Al Irsyad), dan KH. Aslam Muhsin Abidin, Lc (Ketua Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidkan Islam Indonesia (PULDAPII)). [M. Nasri Dini]

Kepribadian Muhammadiyah

 

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

 

I. APAKAH MUHAMMADIYAH ITU?

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud gerakannya ialah “Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat.

Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan:

a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni.

b. Kepada yang belum Islam, bersifat seruan atau ajakan untuk memeluk Islam. Adapun da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan, bimbingan dan peringatan.

Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap keridaan Allah semata-mata.

Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “Terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridai Allah -subhanahu wa ta’ala-”.

 

II. DASAR AMAL USAHA DAN PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridai Allah -subhanahu wa ta’ala-, di mana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:

1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.

2. Hidup manusia bermasyarakat.

3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat

4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.

5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

 

III. PEDOMAN AMAL USAHA DAN PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apa pun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridai Allah”.

 

IV. SIFAT MUHAMMADIYAH

Menilik:

a. Apakah Muhammadiyah itu.

b. Dasar amal usaha Muhammadiyah

c. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah.

Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini :

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan

2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.

3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.

4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.

6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.

7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.

8. Kerja sama dengan golongan Islam mana pun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.

9. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah -subhanahu wa ta’ala-.

10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.


Sumber: Website Resmi Muhammadiyah

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah



MUQADDIMAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ١اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ۝٢الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ۝٣مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ۝٤اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ۝٥اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ۝٦صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ۝٧

“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua alam, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat.” (QS. Al-Fatihah [1]: 1-6)

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُولًا

“Saya ridla: Ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada ISLAM dan ber-Nabi kepada MUHAMMAD RASULULLAH ”.

AMMA BAD’U, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah serta tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.

Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini.

Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.

Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.

Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.

Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad , dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.

Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.

Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝١٠٤

“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia.” (QS. Ali-Imran [3]:104)

Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai “gerakan Islam” dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti pereran zaman serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar.

Kesemuanya itu. perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad , guna mendapat karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga merupakan:

بَلۡدَةٌ۬ طَيِّبَةٌ۬ وَرَبٌّ غَفُورٌ۬

“Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga “Jannatun Na’im” dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.


Sumber: Website Resmi Muhammadiyah

Covid-19 dan Dinamika Gerakan Muhammadiyah


 

M. Nasri Dini

 

Bagi sebagian kalangan, mungkin saja tahun 2020 merupakan waktu yang sepertinya hilang dari kalender mereka. Hal ini karena hadirnya wabah corona virus disease 2019 (covid-19) yang merubah secara drastis semua aspek hidup mereka. Mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, budaya, keamanan, bahkan tidak terkecuali menyangkut pula aspek keagamaan. Semua hal yang sudah diagendakan sejak awal dengan matang pun terpaksa harus di-reschedule, dibuat perencanaan ulang karena situasi darurat pandemi. Setelah datangnya masa-masa yang disebut dengan new normal atau kenormalan baru juga seakan masih sama saja, tidak ada yang terasa baru dan belum ada yang berjalan normal. Semua masih harus mengikuti aturan-aturan tertentu agar virus tidak semakin menyebar dan kematian yang diakibatkan karenanya tidak semakin bertambah.

Tidak terkecuali dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Menghadapi pandemi yang hingga sekarang belum mereda ini Muhammadiyah terus menerus berupaya untuk memberikan solusi. Dinamika gerakan Muhammadiyah seperti mengalami ujian dalam menghadapi wabah covid-19 ini. Namun bukan Muhammadiyah jika tidak bisa menghadapinya. Di usianya yang sudah mencapai angka 108 dalam hitungan tahun miladiyah (18 November 1912 – 2020), Muhammadiyah selalu bisa membuktikan kematangan dirinya dengan tetap survive dan bisa menghadirkan solusi-solusi konkrit kepada masyarakat pada umumnya maupun warga Muhammadiyah pada khususnya. Bisa dikatakan, Muhammadiyah adalah salah satu gerakan yang terdepan dalam mendukung pemerintah untuk menghadapi wabah covid-19 ini.

Ada banyak sekali dinamika gerakan Muhammadiyah dalam masa pandemi ini, penulis akan menyampaikan beberapa di antaranya.

 

Dinamika Dakwah

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah. Maka salah satu hal terpenting yang sempat ‘terguncang’ karena pandemi adalah terkait dengan gerakan dakwah, baik itu yang mencakup aspek metode, materi, maupun ijtihad dalam dakwah maupun fikih. Ketika awal-awal pandemi, masyarakat sempat syok. Karena seakan semua kegiatan dakwah dilarang. Pengajian, shalat jumat, shalat jamaah, semuanya tidak diperbolehkan. Orang-orang yang ‘bersumbu pendek’ pun banyak yang meramaikan medsos dengan pernyataan-pernyataan negatif. Seperti pro komunis, anti Islam, mazhab baru, dan lain sebagainya.

Tetapi tidak dengan Muhammadiyah. Dengan tenang Muhammadiyah menyiapkan solusi-solusi agar dakwah tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya, meskipun di tengah keterbatasan. Dari segi metode, Muhammadiyah menjadi salah satu pelopor dakwah jarak jauh di masa pandemi ini. Tidak hanya Majelis Tabligh PP Muhammadiyah saja yang bergerak, tapi berbagai majelis dan organisasi otonom (ortom) dari tingkat pusat hingga ranting bahkan juga amal usaha Muhammadiyah (AUM) berbondong-bondong mengaktifkan kembali youtube mereka. Media yang sebelumnya pernah dimiliki tapi mungkin tidak begitu terkelola dengan baik. Yang belum punya akun juga banyak yang membuat akun baru untuk dakwah. Aplikasi video converence seperti zoom dan yang lainnya juga menjadi familiar bagi warga persyarikatan. Facebook, instagram dan twitter pun menjadi media untuk posting dakwah visual secara rutin.

Masyarakat menjadi tersadar bahwa salah satu inti dari keberjalanan dakwah adalah sampainya materi dari da’i (penyampai dakwah) kepada mad’u (objek dakwah). Maka di masa pandemi ini justru bermunculan peluang-peluang dakwah yang dapat dikembangkan oleh persyarikatan maupun warganya. Dakwah tidak harus datang langsung ke masjid atau majelis taklim, tapi cukup di rumah saja. Kalaupun dibutuhkan tatap muka dan berinteraksi langsung, zoom juga bisa menjadi solusi. Meskipun secara ‘rasa’ mungkin saja akan berbeda, tapi substansi dakwah telah tersampaikan.

Dari segi materi, pandemi ini juga menyadarkan masyarakat bahwa ternyata Islam juga punya solusi untuk menghadapinya. Umat kembali diedukasi tentang takdir, juga pentingnya ihtiar dan tawakal. Di antaranya adalah sejarah tentang wabah amwas yang dihadapi oleh Abu Ubaidah bin Jarrah RA saat menjadi Gubernur Syam pada masa kekhalifahan Amirul Mukminin Umar bin Khatab RA. Kalimat Umar RA, “lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain” pun menjadi kalimat yang cukup familiar di era pandemi ini. Juga nasihat Rasulullah SAW, “ikat dulu untamu, baru bertawakal kepada Allah.” Masyarakat juga bisa mengenal kembali kitab berjudul Badzlul Maun fi Fadhli Thaun karya Imam Ibnu Hajar Al Asqalani yang didakwahkan oleh banyak ustadz dalam berbagai kesempatan. Baru-baru ini bahkan kitab tersebut sudah diterjemahkan oleh beberapa penerbit ke dalam bahasa Indonesia.

Selain itu, masyarakat juga disuguhkan dengan banyaknya dinamika ijtihad dalam dakwah, utamanya dalam hal pemahaman beragama atau fikih. Terkait shalat menggunakan masker, shalat berjamaah dengan shaf berjarak, shalat jumat di rumah, shalat ‘id di rumah, zakat untuk membantu penanganan covid, penyembelihan hewan qurban di era pandemi, fikih penanganan jenazah covid, hingga ijtihad-ijtihad fikih yang berkaitan dengan haji dan umrah. Artinya, Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid selalu merespon dengan cepat permasalahan keagamaan yang dihadapi oleh masyarakat di era pandemi ini.

 

Dinamika Amal Usaha

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi dengan amal usaha paling banyak di dunia. Mencakup amal usaha di bidang pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi, dan masih banyak yang lain. Pandemi ini memaksa Muhammadiyah untuk melakukan penataan ulang terhadap agenda-agenda amal usahanya yang tersebar di seluruh nusantara, bahkan di penjuru dunia. Yang paling terlihat, Muhammadiyah langsung membentuk tim khusus bernama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Badan baru dalam Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari lintas majelis dan ortom ini dibentuk PP Muhammadiyah khusus untuk menangani dan mengantisipasi persebaran covid-19, termasuk memberikan rekomendasi-rekomendari terkait dengannya.

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) juga beberapa kali memberikan maklumat kepada sekolah dan madrasah, di antaranya agar penyelenggaraan pendidikan bisa dilakukan dengan tanpa tatap muka atau dalam jaringan (daring/online). Kampus-kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) pun juga menggelar perkuliahan secara daring selama masa pandemi.

Lazis Muhammadiyah (Lazismu) dan ortom Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di berbagai tingkat tidak ketinggalan berperan dalam melewati pandemi. Maka hadirlah program-program solutif dan praktis seperti lumbung pangan, atau program ketahanan pangan yang lain. Kokam di berbagai daerah sejak awal pandemi rutin melaksanakan program penyemprotan desinfektan di fasilitas-fasilitas umum. Kokam Nasional mencanangkan program ketahanan pangan dengan menanam tanaman pangan, baik sayur, buah, dan yang lainnya di rumah masing-masing anggotanya. Terkait sekolah-sekolah Muhammadiyah yang kesulitan dalam menggaji gurunya, Lazismu juga mencoba untuk memberikan bantuannya, meskipun secara jumlah tidak bisa dikatakan banyaak, tetapi patut dipresiasi kepeduliannya.

Yang tidak kalah berperannya adalah rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah. Sejak awal pandemi, tidak kurang dari 80 RSM-A yang turut aktif menangani pasien covid-19. Data resmi website covid19.muhammadiyah.or.id menyebutkan lebih dari 7000 pasien telah ditangani oleh RSM-A di seluruh Indonesia.

 

Dinamika Organisasi

Tentu sudah diketahui oleh khalayak warga Muhammadiyah, bahwa salah satu langkah Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi ini adalah dengan menunda berlangsungnya Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah. Muktamar ke-48 yang sedianya akan digelar pada 1-5 Juli 2020 di Surakarta tersebut akhirnya diurungkan karena pandemi belum mereda. Dampaknya, jabatan pimpinan Muhammadiyah dari pusat hingga ranting diperpanjang hingga digelarnya muktamar nanti. Muhammadiyah memilih untuk memberikan keteladanan pada masyarakat dengan menahan hajatan terbesarnya, karena keselamatan dan kesehatan masyarakat jauh lebih utama.

Muhammadiyah melalui maklumat resminya maupun pernyataan para tokohnya juga memberikan masukan kepada pemerintah untuk menunda diadakannya pilkada serentak 9 Desember 2020. Meskipun sangat disayangkan, pemerintah mengabaikan masukan Muhammadiyah dan memilih tetap menggelar pemilihan gubernur, walikota dan bupati tersebut.

 

Muhammadiyah dan Vaksin Covid-19

Yang terakhir, penulis ingin menyampaikan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu elemen masyarakat yang mendukung program vaksinasi covid-19 yang digulirkan oleh pemerintah. Tentunya setelah semua kaidah keamanan, keefektifan, dan kehalalan vaksin terpenuhi sesuai standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Muhammadiyah berharap agar pemerintah menerapkan strategi komunikasi, edukasi, dan kampanye yang tepat terkait fungsi vaksin, serta memastikan proses monitoring dan evaluasi pascavaksinasi.

Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Kesehatan dr. H. Agus Taufiqurrahman, S.Ps, M.Kes menyampaikan bahwa Muhammadiyah dengan infrastruktur kesehatannya ikut menyukseskan vaksinasi untuk mengatasi pandemi Covid-19. Dokter Agus juga berpesan walaupun telah divaksinasi, masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dalam penegakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan 3T testing, tracing, treatment.

 

Penutup

Ustadz Dr. H. Syamsul Hidayat dalam tulisan beliau pada majalah ini edisi Januari 2021 mengatakan, bahwa musibah pandemi covid-19 benar-benar membuktikan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW. Bahwa bagi umat beriman, musibah pasti mendatangkan hikmah, karena musibah merupakan wujud kasih sayang Allah kepada umat beriman. Bahkan musibah yang dihadapi dengan kesabaran dan usaha akan menghadirkan pahala yang besar dari Allah. Wallahul musta’an

*) Tulisan ini sebelumnya dimuat di Majalah Tabligh Edisi No. 02/XIX | Jumadil Akhir 1442 H/Februari 2021