Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Berita

Pendidikan

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Wakil Kepala SMP Imam Syuhodo Selesaikan Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam



Klaten – Muhammad Fatkhul Hajri, Wakil Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Blimbing, Sukoharjo, berhasil menyelesaikan pendidikan Magister Manajemen Pendidikan Islam di Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta. Prosesi sidang tesis berlangsung khidmat pada Kamis, 28 November 2024, di Kampus II UIN Surakarta, Klaten.

Sidang ini dipimpin oleh Prof. Dr. H. Imam Makruf, S.Ag., M.Pd., dengan Dr. Supriyanto, S.Ag., M.Pd., sebagai sekretaris. Bertindak sebagai penguji adalah Dr. Syaiful Islam, M.Ag., dan Dr. H. Syamsul Huda Rohmadi, M.Ag.

Dalam sidangnya, Hajri mempresentasikan tesis bertajuk "Manajemen Media Sosial di SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Sukoharjo Tahun Ajaran 2024/2025". Penelitian ini menyoroti strategi optimalisasi media sosial untuk mendukung pengelolaan sekolah, khususnya dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa, orang tua, dan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pengelolaan media sosial yang terstruktur dapat meningkatkan transparansi, mempererat hubungan antara sekolah dan para pemangku kepentingan, serta menjadi media promosi pendidikan yang efisien.

Selain perannya sebagai pengajar mata pelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), Hajri juga aktif di Persyarikatan Muhammadiyah. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Blimbing Sukoharjo dan anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Cabang Blimbing. Dedikasinya dalam organisasi ini diharapkan semakin memperkuat kontribusinya di bidang dakwah dan pendidikan.

Hajri menyampaikan rasa syukur atas pencapaian ini. “Saya berterima kasih kepada Prof. Dr. H. Imam Makruf, Dr. Supriyanto, Dr. Syaiful Islam, dan Dr. H. Syamsul Huda Rohmadi atas arahan dan masukan yang sangat berharga untuk menyempurnakan tesis ini. Ilmu yang saya peroleh menjadi bekal berharga untuk berkontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan,” ujar Hajri.

Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam yang diraih ini diharapkan semakin memperkuat kiprah Hajri dalam mengembangkan SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, mendukung program-program Persyarikatan Muhammadiyah, dan memajukan pendidikan secara umum.

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Raih Penghargaan Dedication Award 2024


Sukoharjo – Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Muhammad Nasri Dini, S.Pd.I, M.Pd., meraih penghargaan Dedication Award 2024 yang diberikan oleh Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen-PNF) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing, Daerah Sukoharjo. Penghargaan ini diserahkan dalam suasana khidmat saat upacara Hari Guru Nasional yang dilaksanakan di Lapangan Desa Wonorejo pada Senin, 25 November 2025.


Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama Majelis Dikdasmen-PNF PCM Blimbing, Majelis PAUD-Dasmen Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Blimbing, Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Cabang Blimbing dan Ikatan Guru Bustanul Athfal Aisyiyah (IGABA) Cabang Blimbing ini dihadiri oleh para guru dari PAUD/TK/BA Aisyiyah se-Cabang Blimbing, juga guru dan siswa siswi SD/MI/Kuttab Muhammadiyah, SMP/MTs Muhammadiyah, SMA/SMK Muhammadiyah, serta Pondok Pesantren Muhammadiyah se-Cabang Blimbing.


Selain jenjang SMP/MTs, Dedication Award 2024 juga diberikan kepada para pendidik terbaik di jenjang lainnya. Untuk jenjang PAUD, penghargaan diraih oleh Ulfa Sularsih, S.Pd dari BA Aisyiyah Mranggen, di jenjang SD/MI, penghargaan diberikan kepada Giyarto, S.Pd.I., S.Pd dari SD Muhammadiyah Imam Syuhodo, sementara untuk jenjang SMA/SMK, penghargaan disabet oleh Ninin Karlina, S.Ud dari SMK Muhammadiyah Imam Syuhodo.



Dalam sambutannya, Ketua Majelis Dikdasmen-PNF PCM Blimbing Dr. H. Mohtar Yunianto, S.Si, M.Si menyampaikan bahwa penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi para guru tersebut yang tidak hanya semata memajukan pendidikan Cabang Blimbing.


“Mereka semua telah memberikan kontribusi luar biasa, tidak hanya dalam mencetak generasi berprestasi di Sekolah Madrasah Muhammadiyah, tetapi juga berperan aktif dalam Persyarikatan Muhammadiyah dan ortomnya sebagai pengurus dari tingkat ranting hingga pusat," ujarnya.


Penghargaan ini diharapkan menjadi motivasi bagi para pendidik lainnya untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan dan aktif di persyarikatan Muhammadiyah. Kegiatan upacara Hari Guru Nasional ini ditutup dengan doa bersama untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yang dipimpin oleh Danang Purnomo, S.Pd.I, Gr dari SD Muhammadiyah Imam Syuhodo.

Penerimaan Siswa Baru SMP Imam Syuhodo Tahun Ajaran 2025/2026 tetap dibuka!


 Bismillah...


📢 Penerimaan Peserta Didik Baru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2025/2026 tetap dibuka! ✨

Program unggulan:
🏫 Fullday School (Non Asrama)
🏫 Boarding School (Asrama)
📖 Tahfidzul Qur'an

Segera daftarkan putra-putri Anda dan raih pendidikan berkualitas yang berlandaskan Tauhid, Ilmu, dan Amal!

📆 Gelombang 2: 2 Desember 2024 – 31 Januari 2025

📍 Alamat: Jl. H. Muslih, Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo

📞 Narahubung: 0822 2353 9613 (Usth Tiwi)

🌐 Info lebih lanjut: www.smpmu-imamsyuhodo.com

Khutbah Jumat: Berlomba-Lomba Datang Ke Masjid

 

 

MUHAMMAD NASRI DINI

(Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Sukoharjo)

 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setelah mengungkapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT dan bershalawat atas Rasulullah SAW, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya iman dan takwa, serta senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pada kesempatan ini khatib mengajak kita semua untuk merenungkan kembali, bahwa kita diperintahkan Allah SWT untuk bersegera dalam mengerjakan kebaikan. Allah SWT berfirman,

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah [2]: 148)

يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ خِتَٰمُهُۥ مِسْكٌ ۚوَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin [83]: 25-26)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Salah satu bentuk nyata dari perintah Allah SWT untuk berlomba-lomba dalam kebaikan adalah bersegera dalam hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan motivasi mendapatkan berbagai kenikmatan di surga. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat, mereka selalu berupaya untuk menjadi yang pertama dalam ibadah dan amalan shalih. Contoh fastabiqul khairat adalah segera mendatangi panggilan azan dan mendapatkan shaf terdepan. Dari Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا

“Seandainya setiap orang tahu keutamaan azan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam. Di dalamnya terdapat amalan yang sangat dianjurkan untuk kita semua, salah satunya adalah bersegera dalam memenuhi panggilan azan untuk shalat Jum’at. Khusus Azan Jum’at Allah SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللهِ وَذَرُوا ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 9)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga apa yang telah disampaikan dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Marilah kita berusaha menjadi hamba yang senantiasa bersegera dalam kebaikan, khususnya dalam menjawab panggilan azan untuk menegakkan shalat berjamaah.

 

نَفَعَنِي اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sebagai penutup khutbah siang hari ini, khatib mengingatkan diri sendiri dan seluruh jamaah bahwa yang lebih utama saat azan berkumandang adalah hadir lebih awal dan menempati shaf terdepan. Maka marilah kita senantiasa bersegera memenuhi panggilan azan, baik untuk shalat Jum’at, maupun panggilan azan pada shalat lima waktu yang lainnya. Hendaknya kita tidak terbiasa datang ke masjid setelah khutbah selesai atau bahkan ketika iqamah selesai dikumandangkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita hidayah dan taufik. Selanjutnya marilah kita tutup khutbah siang hari ini dengan doa.

 

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ الْمُسلِمِين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ وَاْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فِلَسْطِين

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 22 | 16-30 November 2024

KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah: Suami-Istri yang Saling Mendukung dalam Perjuangan

 

Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Sukoharjo

 

Kisah pasangan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Ahmad Dahlan merupakan salah satu contoh inspiratif tentang bagaimana peran suami dan istri dapat saling mendukung dalam perjuangan dan dakwah. Mereka tidak hanya berjuang untuk keluarga mereka sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas, dengan semangat untuk memajukan umat melalui pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam. Dalam sejarah perjuangan mereka, kita bisa melihat betapa pentingnya dukungan timbal balik antara suami dan istri dalam mewujudkan visi yang lebih besar.

KH. Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis pada tahun 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta, adalah seorang ulama dan reformis yang dikenal karena keberaniannya dalam membawa pembaruan dalam pendidikan Islam. Latar belakang pendidikan tradisional yang diperolehnya di Mekkah memperkaya pandangannya tentang pentingnya menyelaraskan agama dengan perkembangan zaman. Namun, perjalanan dakwahnya tidaklah mudah. Banyak pihak yang tidak setuju dengan ide-idenya di awal perjuangan, termasuk beberapa orang dekat di lingkungan Yogyakarta.

Dalam perjalanan hidupnya, KH. Ahmad Dahlan sangat didukung oleh istrinya, Nyai Walidah, yang lahir dengan nama Siti Walidah pada tahun 1872. Beliau juga berasal dari keluarga ulama terpandang, Nyai Walidah memiliki kecerdasan dan keteguhan hati yang sama besar dengan suaminya. Sejak awal pernikahan, ia menunjukkan dedikasi tinggi terhadap visi suaminya untuk memperbaiki keadaan umat Islam di Nusantara. Peran Nyai Walidah tak sekadar sebagai pendamping hidup, tetapi juga sebagai rekan perjuangan bagi suami tercintanya.

Dukungan yang diberikan Nyai Walidah kepada KH. Ahmad Dahlan sangat penting dalam memastikan bahwa cita-cita suaminya dapat tercapai. Ketika KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, Nyai Walidah tidak hanya berdiri di belakang layar, tetapi juga berperan aktif dalam membangun dan memperluas pengaruh organisasi tersebut. Sebagai istri seorang reformis, ia memahami betapa pentingnya memberikan dorongan kepada suaminya, sekaligus mengambil bagian dalam perjuangan di bidang yang ia kuasai, yaitu pendidikan dan pemberdayaan perempuan.

Nyai Walidah tidak hanya berperan sebagai pendamping suaminya, tetapi juga sebagai pemimpin di kalangan perempuan. Pada tahun 1917, ia turut mendirikan 'Aisyiyah, sebuah organisasi perempuan di bawah naungan Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memberdayakan kaum perempuan melalui pendidikan. Ini menunjukkan bahwa Nyai Walidah memiliki visi yang sama besarnya dengan suaminya, yaitu memajukan masyarakat melalui pendidikan dan dakwah, khususnya bagi kaum perempuan yang saat itu masih sering terabaikan.

Kolaborasi antara KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah bukan hanya tentang kerja sama dalam dakwah, tetapi juga tentang bagaimana pasangan harus saling mendukung dalam menghadapi tantangan. Dalam masyarakat yang masih sangat tradisional pada masa itu, ide-ide KH. Ahmad Dahlan sering kali dianggap kontroversial. Banyak yang menentang gagasan pembaruan dalam pendidikan yang digagasnya, termasuk ide untuk memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Namun, dukungan penuh dari Nyai Walidah membuat KH. Ahmad Dahlan terus maju dan tidak pernah menyerah.

Peran Nyai Walidah sebagai pendukung dan mitra KH. Ahmad Dahlan sangat signifikan. Ia tidak hanya sekadar mendukung dari belakang, tetapi juga menjadi pelopor dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Dengan keterlibatan aktif dalam 'Aisyiyah, ia berhasil menggerakkan ribuan perempuan untuk lebih sadar akan pentingnya pendidikan dan peran mereka dalam masyarakat. Nyai Walidah adalah contoh nyata bahwa di balik keberhasilan seorang suami, ada istri yang kuat dan berdedikasi.

Pengakuan atas peran besar KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya datang dari lingkup internal Persyarikatan Muhammadiyah semata, tetapi juga diakui secara nasional. Keduanya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. KH. Ahmad Dahlan mendapatkan gelar tersebut pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden nomor 657 tahun 1961, sementara Nyai Walidah diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1971 sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 42/TK tahun 1971. Pengakuan ini bukan hanya untuk peran mereka dalam Muhammadiyah, tetapi juga karena kontribusi mereka dalam membangun bangsa Indonesia melalui pendidikan dan gerakan sosial.

Perjalanan hidup KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita tentang bagaimana pasangan suami istri dapat saling mendukung dalam kebaikan. Keduanya membuktikan bahwa kerja sama yang harmonis antara suami dan istri dapat menghasilkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat. KH. Ahmad Dahlan mungkin dikenal sebagai tokoh utama di Muhammadiyah, tetapi tanpa dukungan dan peran aktif Nyai Walidah, visi besar tersebut mungkin tidak akan terwujud sebesar yang kita saksikan hari ini.

Kebersamaan mereka dalam menghadapi tantangan demi tantangan, baik dari dalam keluarga maupun masyarakat luas, menunjukkan betapa kuatnya hubungan mereka sebagai pasangan. KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah membangun keluarga yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, dengan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi berbagai rintangan. Mereka bukan hanya pasangan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga rekan seperjuangan yang bersama-sama mewujudkan cita-cita besar untuk kemajuan umat.

Selain dukungan terhadap suami, Nyai Walidah juga menunjukkan bahwa peran seorang istri bisa lebih luas dari sekadar di rumah. Ia menjadi teladan bagi perempuan-perempuan muslimah lainnya untuk turut aktif dalam masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan serta pemberdayaan perempuan dan anak. Dalam konteks ini, Nyai Walidah telah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam membangun peran perempuan dalam Islam, yang hingga kini terus menjadi bagian dari perjuangan 'Aisyiyah.

Sebagai seorang ulama, KH. Ahmad Dahlan melihat bahwa tantangan umat Islam saat itu bukan hanya masalah spiritual, tetapi juga masalah pendidikan dan kesejahteraan sosial. Beliau memahami bahwa umat Islam tidak bisa maju jika hanya berkutat pada pemahaman agama yang sempit tanpa mengadopsi ilmu-ilmu modern. Oleh karena itu, ia mendirikan sekolah-sekolah yang memadukan pendidikan agama dan ilmu umum. Inilah salah satu bentuk kontribusi besar KH. Ahmad Dahlan dalam membangun sistem pendidikan di Indonesia.

Nyai Walidah, dalam kiprahnya di 'Aisyiyah, juga mendorong pentingnya pendidikan bagi perempuan. Ia percaya bahwa perempuan harus mendapatkan akses pendidikan yang setara dengan laki-laki, agar mereka dapat berkontribusi lebih besar dalam keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan ini, Nyai Walidah bukan hanya mendukung suaminya, tetapi juga memperjuangkan hak-hak perempuan dalam konteks Islam yang progresif.

Keduanya membangun konsep keluarga yang saling mendukung, di mana suami dan istri memiliki peran yang seimbang dalam mencapai tujuan bersama. KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah menunjukkan bahwa keberhasilan bukan hanya tentang pencapaian individu, tetapi tentang bagaimana pasangan bisa bekerja sama, saling menguatkan, dan memberikan kontribusi yang nyata bagi umat dan bangsa.

Hingga kini, warisan yang ditinggalkan oleh keduanya masih tetap hidup. Muhammadiyah dan 'Aisyiyah terus tumbuh sebagai salah satu organisasi yang paling berpengaruh di Indonesia, memberikan pendidikan kepada jutaan orang dan memperjuangkan nilai-nilai Islam yang inklusif dan modern. Warisan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya ada dalam bentuk lembaga, tetapi juga dalam nilai-nilai yang mereka tanamkan, yaitu pentingnya pendidikan, kerja sama, dan dukungan antar pasangan dalam membangun keluarga dan masyarakat.

Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional bagi KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah tidak hanya menandai prestasi pribadi mereka, tetapi juga menegaskan bahwa kontribusi mereka telah melampaui batas-batas organisasi. Mereka diakui sebagai sosok yang membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia, melalui pendidikan, dakwah, dan pembaruan sosial. Ini adalah bentuk penghormatan atas dedikasi dan perjuangan mereka yang tak kenal lelah.

Sebagai pasangan yang saling mendukung dalam kebaikan, KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Mereka adalah contoh bahwa dengan saling mendukung, suami dan istri bisa mewujudkan visi besar, tidak hanya bagi keluarga mereka, tetapi juga bagi masyarakat luas. Dukungan timbal balik yang harmonis antara suami dan istri adalah kunci dalam membangun kehidupan yang penuh makna dan berdampak bagi orang banyak.

Dengan demikian, kisah hidup KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Ahmad Dahlan bukan hanya tentang perjuangan individual, tetapi juga tentang bagaimana pasangan yang saling mendukung dalam kebaikan dapat mencapai hal-hal besar. Mereka membuktikan bahwa kerja sama yang berlandaskan nilai-nilai Islam dalam keluarga adalah fondasi yang kokoh untuk mencapai kesuksesan yang berdampak luas, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, kemasyarakatan, maupun dalam berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam


*) Tulisan ini sebelumya dimuat di Majalah Tabligh edisi no. 11/XXII | November 2024 M/Jumadil Awal 1446 H

Mubaligh Muhammadiyah Sebagai Pilar Dakwah dan Pahlawan Umat

 

Oleh: Andika Rahmawan

Sekretaris Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Daerah Sukoharjo,

Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Mubaligh Muhammadiyah memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda dakwah di berbagai lapisan masyarakat. Mereka adalah ujung tombak penyebaran ajaran Islam berkemajuan yang menjadi ciri khusus Muhammadiyah. Di tengah masyarakat yang terus berkembang dan menghadapi berbagai tantangan, peran mubaligh tidak hanya sekadar menyampaikan ajaran agama Islam semata, tetapi seringkali juga dituntut untuk dapat mencarikan soluli atas permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Maka mubaligh Muhammadiyah dengan peran sentralnya ini layak disebut sebagai pahlawan yang berjuang di garda terdepan demi kemajuan umat.

Perjuangan mubaligh Muhammadiyah bukanlah tugas yang ringan. Mereka harus menghadapi tantangan-tantangan besar di tengah masyarakat yang semakin kompleks. Mulai dari tantangan ideologis sepetri radikalisme, permasalahan sosial seperti judol dan pinjol, hingga ‘persaingan’ dengan gerakan dakwah lain yang memiliki manhaj berbeda. Salah satu tantangan yang kerap muncul adalah persaingan dengan gerakan Salafi yang terkenal dengan pendekatan dakwahnya yang terkesan lebih ilmiah dan membumi. Dalam kondisi ini mubaligh Muhammadiyah harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan strategi dakwah yang lebih relevan dan efektif.

Untuk menguatkan peran mubaligh Muhammadiyah, Pimpinan Persyarikatan di berbagai tingkatan melalui Majelis Tabligh harus terus menginisiasi pembentukan Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM). KMM dibentuk sebagai upaya mengorganisir para mubaligh agar dapat berdakwah dengan lebih terkoordinasi dan sistematis di berbagai jenjang organisasi, mulai dari ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pusat. KMM juga diharapkan menjadi wadah pembinaan dan pengembangan kualitas para mubaligh sehingga dapat lebih efetkif dalam menjalankan tugas dakwahnya.

Dalam menghadapi tantangan dakwah yang semakin besar, perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh mubaligh Muhammadiyah. Idealnya setiap tingkatan pimpinan membuat analisis SWOT masing-masing. Melalui pendekatan analisis SWOT, kita dapat melihat bagaimana posisi mubaligh Muhammadiyah saat ini dan bagaimana strategi terbaik yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran mereka di tengah masyarakat.

Dari segi kekuatan, mubaligh Muhammadiyah sebenarnya memiliki basis structural yang kuat. Dengan jaringan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, para mubaligh ini memiliki akses langsung ke berbagai kalangan di masyarakat. Mereka juga didukung oleh infrastruktur dakwah yang relatif kuat, seperti masjid, sekolah/madrasah, pesantren hingga perguruan tinggi yang dikelola oleh Persyarikatan. Selain itu, pendekatan dakwah Muhammadiyah yang mengedepankan pandangan Islam moderat dan rasionalitas memberikan daya tarik tersendiri bagi umat. Dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang inklusif, tidak eksklusif sebagaimana beberapa gerakan dakwah yang lain.

Namun demikian, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Salah satu kelemahan adalah kurangnya pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan bagi para mubaligh Muhammadiyah. Di beberapa daerah, mubaligh masih mengandalkan pendekatan tradisional yang mungkin kurang relevan dengan perkembangan zaman. Ada pula pandangan bahwa sebagian mubaligh Muhammadiyah masih kurang dalam kemampuannya menggali materi dakwah dari sumbernya langsung, dalam hal ini membaca kitab turats. Sehingga materi-materi yang disampaikan terkesan hanya di permukaan saja dan tidak mendalam.

Peluang terbuka lebar bagi mubaligh Muhammadiyah di era digital ini. Teknologi informasi memungkinkan para mubaligh menjangkau lebih banyak audiens melalui media online. Dengan berkenbangnya media sosial yang dilengkapo dengan platform video, mubaligh bisa menyampaikan pesan-pesan dakwahnya dengan cara yang lebih menarik dan mudah diakses oleh generasi muda. Dakwah berbasis komunitas juga menjadi peluang yang terbuka lebar bagi mubaligh Muhammadiyah. Selain itu dakwah dapat pula dilakukan melalui program-program sosial, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan umat.

Namun, di sisi lain ada ancaman serius yang perlu diwaspadai oleh Mubaligh Muhammadiyah. Gerakan-gerakan dakwah lain, seperti Salafi, sering kali lebih agresif dalam menguasai ruang-ruang dakwah, terutama di kalangan anak muda dan kalangan akar rumput. Bahkan di masjid-masjid yang dikelola Muhammadiyah sekalipun. Mereka menawarkan pendekatan yang lebih ilmiah dan sering kali lebih membumi di masyarakat. Jika Muhammadiyah dan para mubalighnya tidak dapat mengimbangi strategi ini, dikhawatirkan warga Muhammadiyah akan beralih menjadi jamaah di gerakan-gerakan tersebut. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dakwah adalah keniscayaan yang harus menjadi prioritas.

Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan dan ancaman adalah dengan memperkuat kaderisasi mubaligh. Pembekalan yang diberikan kepada para mubaligh harus mencakup aspek ilmiah, retorila dan strategi dakwah yang relevan dengan kebutuhan zaman. Pembekalan ini sudah diterapkan di beberapa daerah dan cabang Muhammadiyah, namun perlu diperluas cakupannya agar dapat dirasakan oleh seluruh mubaligh di berbagai wilayah. Selain itu kaderisasi mubaligh juga dapat dilakukan secara masif dan sistematis dengan mencetak mubaligh-mubaligh baru melalui pesantren-pesantren Muhammadiyah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Di sisi lain, mubaligh Muhammadiyah juga harus terus menanamkan semangat kepahlawanan dalam setiap tugas dakwahnya. Dengan semangat kepahlawanan, para mubaligh harus siap menghadapi segala tantangan dengan keikhlasan, komitmen, kerja keras, pengorbanan dan kesabaran. Mubaligh Muhammadiyah harus menjadi pahlawan yang berjuang di garda terdepan untuk menjaga umat dari pengaruh ideologi yang menyimpang dan memberikan solusi-solusi atas ketimpangan sosial.

Selain itu, di tengah masyarakat yang sering kali terpecah belah oleh perbedaan pandangan dan ideologi, mubaligh Muhammadiyah harus mampu menjadi agen yang mencerahkan umat dengan semangat persatuan. Dakwah mereka harus dapat membangun harmoni dan toleransi, bukan malah menambah perpecahan dan justru membuat umat lari dari dakwahnya. Karena dakwah itu merangkul bukan memukul. Hal ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan yang menggembirakan dalam dakwah.

Peran mubaligh Muhammadiyah sebagai pendidik umat juga vital. Mereka tidak hanya menyampaikan ajaran agama secara spiritual semata, tetapi juga memberikan pendidikan moral dan sosial yang penting bagi perkembangan karakter umat. Melalui dakwah yang penuh hikmah dan keteladanan, para mubaligh ini membantu membentuk generasi yang bertauhid, berilmu dan beramal shalih. Seperti halnya para pahlawan yang berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mubaligh Muhammadiyah juga berjuang untuk menggerakkan umat melalui dakwah yang mencerahkan.

Sebagai agen perubahan, mubaligh Muhammadiyah juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli pada isu-isu sosial. Mereka harus berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, mubaligh menjadi jembatan antara ajaran agama Islam dan realitas sosial, menerjemahkan pesan-pesan agama ke dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Namun, peran besar yang diemban oleh mubaligh Muhammadiyah ini tentu memerlukan dukungan dari seluruh elemen. Muhammadiyah, di antaranya melalui Majelis Tabligh, Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) dan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (PPCR-PM) harus terus memberikan dukungan kepada para mubaligh agar mereka dapat menjalankan tugas dakwahnya dengan lebih optimal. Dukungan ini bisa berupa pelatihan, pengembangan kapasitas, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk keberlangsunggan dakwah.

Tidak kalah pentingnya, mubaligh Muhammadiyah harus terus memperkuat identitas keislamannya di masyarakat. Sebagai gerakan Islam berkemajuan, Muhammadiyah melalui para mubalighnya harus terus menyuarakan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah. Para mubaligh harus menjadi teladan dalam mengedepankan nilai-nilai keislaman yang santun dan toleran.

Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, mubaligh Muhammadiyah harus terus berinovasi dalam strategi dakwah. Mereka harus mampu merespon perubahan zaman dengan cara-cara baru yang lebih efektif, tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Inovasi dalam dakwah ini akan menjadi kunci keberhasilan mubaligh Muhammadiyah dalam menghadapi persaingan dakwah di era modern ini.

Pada akhirnya, mubaligh Muhammadiyah adalah pahlawan-pahlawan dakwah yang terus berjuang demi kemajuan umat. Dengan semangat yang tak kenal lelah, mereka harus terus berjuang di medan dakwah yang penuh tantangan. Seperti halnya pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan, para mubaligh Muhammadiyah juga berjuang demi kemerdekaan spiritual umat, membawa pesan-pesan yang mencerahkan, menggerakkan dan menggembirakan bagi seluruh umat dan masyarakat.


*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 11/XXII | November 2024 M/Jumadil Awal 1446 H