Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Berita

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Gandeng Puskesmas, SMP Imam Syuhodo Lakukan Pemeriksaan HB untuk Siswa Putri


Polokarto – Dalam upaya menjaga kesehatan remaja putri, Puskesmas Polokarto mengadakan kegiatan pemeriksaan Hemoglobin (HB) bagi siswa putri kelas 7A dan 7B di SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 17 Februari 2025, dengan didampingi langsung dari Pembina UKS sekolah, Ambar Sari, S.Pd.


Pemeriksaan HB ini bertujuan untuk mendeteksi dini kemungkinan anemia pada siswa putri, mengingat remaja perempuan rentan mengalami kekurangan darah akibat perubahan fisiologis pada masa pubertas. Dengan mengetahui kadar HB, pihak sekolah dan tenaga medis dapat memberikan tindakan preventif atau intervensi yang diperlukan.


Pelaksanaan pemeriksaan berlangsung dengan lancar di ruang kelas masing-masing. Tim dari Puskesmas Polokarto melakukan pemeriksaan dengan metode sederhana dan cepat. Para siswa yang mengikuti kegiatan ini diberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kadar HB normal, pola makan sehat, serta konsumsi tablet tambah darah sebagai langkah pencegahan anemia.


Pembina UKS sekolah, Ambar Sari, S.Pd, menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini dan berharap dapat terus berlanjut secara rutin. “Pemeriksaan HB sangat penting bagi kesehatan siswa putri. Dengan kegiatan ini, kami bisa lebih dini mendeteksi kondisi kesehatan mereka dan memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat,” ujarnya.


Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya kesehatan darah dan mencegah risiko anemia sejak dini. SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo berkomitmen untuk terus mendukung program kesehatan sekolah demi kesejahteraan siswa.

SMP Muh Imam Syuhodo Raih Prestasi di OlympicAD 2025


Tawangsari - SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo berhasil meraih berbagai prestasi gemilang dalam ajang Olympic Ahmad Dahlan (OlympicAD) 5 SMP/MTs Muhammadiyah se-Kabupaten Sukoharjo yang berlangsung di MTs Muhammadiyah Tawangsari pada Sabtu, 15 Februari 2025. Kompetisi ini menjadi ajang pembuktian bakat dan kemampuan siswa-siswi Muhammadiyah dalam berbagai bidang akademik dan seni.

Dalam kompetisi ini, kontingen SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo berhasil membawa pulang beberapa penghargaan bergengsi. Cilla dari kelas 8B meraih Juara 1 dalam kategori Ismu in Java. Raisya dari kelas 7A mendapatkan Juara 2 dalam kompetisi English News Reading. Sementara itu, dalam Olimpiade MIPA, Cahya, Safa, dan Tiara dari kelas 8B berhasil memperoleh Juara 3.

Di kategori Ismu in Arabic, Yumna dari kelas 9A meraih Juara 3. Fathin dari kelas 9A juga mengukir prestasi dengan memperoleh Juara 3 dalam kompetisi Tahfidz. Hafidz dari kelas 8B memenangkan Juara 3 dalam kategori Tilawah. Prestasi membanggakan lainnya datang dari kategori Seni TS, di mana Arra dari kelas 8B, serta Najwa dan Talita dari kelas 7A, juga berhasil meraih Juara 3.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Shofia Nur Mutmainah, S.Pd menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari kerja keras para siswa, bimbingan para guru, serta dukungan penuh dari orang tua dan seluruh pihak sekolah.

"Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungan. Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh siswa untuk terus berkembang dan meraih kesuksesan di masa depan," pungkasnya.

Selain sebagai sarana untuk unjuk prestasi, OlympicAD juga menjadi ajang untuk menjalin silaturrahmi antar sekolah/madrasah Muhammadiyah.

SMP Imam Syuhodo Serahkan Donasi untuk Korban Bencana


Sukoharjo – Sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana Hedrometeorologi yang terjadi pada beberapa wilayah di Jawa Tengah baru-baru ini, SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo telah menyerahkan donasi yang dikumpulkan dari para siswa, guru, dan orang tua murid. Donasi tersebut disalurkan melalui LazisMu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sukoharjo, Jumat, 7 Februari 2025.

Kepala SMP Imam Syuhodo menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial dan semangat gotong royong di kalangan siswa.
"Kami berharap donasi ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana. Ini juga menjadi pembelajaran bagi anak-anak untuk selalu peka terhadap sesama," ujarnya.

Penyerahan donasi dengan jumlah 2.585.000 rupiah tersebut dilakukan langsung kepada Amin Puji perwakilan LazisMu Sukoharjo dan akan diteruskan kepada korban yang membutuhkan.

Semoga bantuan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi ladang amal bagi seluruh pihak yang telah berpartisipasi.

Khutbah Jumat: Keutamaan Membangun Masjid



Oleh: Andika Rahmawan

Guru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan takwa yang sebenar-benar takwa. Karena dengannya, kita akan bertemu Allah SWT dengan sebaik-baik pertemuan. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang istiqamah meniti jalan lurus yang beliau tuntunkan.

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Masjid merupakan salah satu simbol kebesaran syi’ar Islam. Karenanya membangun masjid juga mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam ajaran islam. Rasulullah SAW bersabda,

 

وَمَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan membangunkan untuknya istana di surga.” (HR. al-Bazzar)

 

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Al Bukhari No. 450 dan Muslim No. 533)

 

Imam An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa maksud akan dibangunkan baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran: Pertama, Allah SWT akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya. Dan Kedua, Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia.

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Pahala besar membangun masjid tidak hanya untuk satu orang pembangun yang menyokong pendanaan secara total, tapi mencakup pembangunan masjid secara kolektif atau iuran. Itu artinya siapa pun yang berkontribusi atas kokohnya bangunan masjid, ia mendapat keutamaan dibangunkan rumah di surga. Bahkan semua pihak yang berkontribusi dalam pembangunan masjid tersebut. Baik penyandang dananya, pekerja/tukang bangunannya, panitianya, dan semua yang telah berkontribusi dalam pembangunan masjid tersebut seberapa kecil apapun kontribusinya. Rasulullah SAW bersabda,

 

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

 

“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah, sahih)

 

Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa hadis tersebut dapat diartikan dengan membangun masjid yang ukurannya kecil. Penjelasan tersebut bisa pula diartikan dengan kontribusi yang kecil dalam pembangunan masjid tersebut. Misalkan dengan satu sak semen saja, atau bahkan satu batu bata, atau hal-hal kecil lain yang mungkin secara nominal dinilai kecil, insyaallah akan dibalas Allah SWT dengan rumah atau istana di surga. Kuncinya adalah keikhlasan dari kita saat berkontribusi untuk masjid tersebut.

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Dari Anas RA, Nabi SAW bersabda,

 

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ

 

“Kiamat tidaklah terjadi hingga manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid.” (HR. Abu Dawud)

 

Sangat disayangkan bila motivasi membangun masjid karena tujuan-tujuan yang menyimpang seperti mencari popularitas, megah-megahan, memburu kekuasaan, dan lain-lain. Sebab tujuan-tujuan yang salah dapat menghilangkan pahala ibadah sebagaimana dijelaskan oleh para ulama dalam pembahasan tentang riya’ (pamer).

 

Semoga khutbah singkat ini semakin memotivasi kita untuk membangun masjid atau berkontribusi dalam pembangunan masjid di dunia, sehingga Allah SWT menjadikan kita rumah yang indah dan penuh kenikmatan di surga.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

 

*) Dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 2/XXIII | Februari 2025 M/Sya’ban 1446 H 

Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani Sang Penakluk Suriah


Oleh: KH. Roni Abdul Fattah, Lc, M.A

Dalam perjalanan sejarah, pergantian kepemimpinan suatu bangsa adalah bagian dari ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini sejalan dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an, surah Ali Imran (3) ayat 26:

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

"Katakanlah (Muhammad), "Wahai Allah, Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Ayat ini menegaskan bahwa kekuasaan bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh semata-mata karena ambisi pribadi, tetapi merupakan anugerah dan ketetapan Allah. Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani yang kini menjadi Presiden Suriah adalah bagian dari takdir yang Allah tetapkan dalam perjalanan sejarah negeri itu.

Profil Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani

Ahmad Hussein Asy-Syara atau biasa dikenal juga dengan nama Abu Muhammad Al-Jaulani adalah seorang tokoh revolusioner, komandan militer, dan politisi Suriah yang menjabat sebagai Presiden Suriah sejak 29 Januari 2025. Ia memainkan peran kunci dalam ofensif oposisi Suriah pada tahun 2024 yang berhasil menggulingkan rezim Bashar Al-Assad, penguasa Suriah yang sangat zhalim dan mendirikan pemerintahan transisi di negara Suriah.

Ahmad Hussein Asy-Syara lahir di kota Riyadh, Arab Saudi pada hari Jum'at tanggal 12 Muharram 1403 H yang bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 1982 dari keluarga Muslim Sunni Suriah yang berasal dari Dataran Tinggi Golan. Kota Riyadh yang menjadi tempat kelahirannya adalah tempat dimana ayahnya, Hussein Asy-Syara bekerja sebagai insinyur minyak di Kementerian Perminyakan Arab Saudi, sementara ibunya adalah seorang guru geografi. Pada tahun 1989, keluarganya kembali ke Suriah dan menetap di lingkungan Mezzeh, Damaskus, di mana ayahnya membuka usaha real estate.

Pendidikan

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Ahmad Hussein Asy-Syara melanjutkan studi di Universitas Damaskus, awalnya mengambil Jurusan Media sebelum beralih ke Fakultas Kedokteran selama dua tahun. Selama masa kuliahnya, ia sering melakukan perjalanan ke Aleppo untuk menghadiri ceramah-ceramah agama, yang semakin memperdalam minatnya dalam studi Islam.

Di antara tokoh yang banyak memberikan pengaruh kepada Ahmad Asy-Syara adalah Syeikh Mahmud Qoul Aghasi (1973-2007), yang dikenal juga dengan kunyahnya Abu Al-Qa'qa'. Ia adalah seorang imam masjid, penceramah, da'i, dan ulama terkemuka dari kota Aleppo, seorang Doktor Syari'ah lulusan dari Universitas Ilmu Pengetahuan Islam Karachi, Pakistan cabang Suriah.

Syeikh Mahmud Qoul Aghasi terkenal dengan pidato-pidatonya yang penuh semangat sehingga menarik perhatian banyak anak muda, karena seruannya terfokus pada jihad dan perlawanan, terutama dalam konteks pendudukan Amerika di Irak. Ia mendirikan jamaah dakwah di Aleppo yang diberi nama "Ghuraba Asy-Syam". Jamaah ini mempunyai pengaruh kuat di kalangan kaum muslimin di Aleppo, terutama di kalangan anak-anak muda.

Karir Militer

Pada tahun 2003, Ahmad Hussein Asy-Syara melakukan perjalanan ke Irak menjelang invasi AS, di mana ia bergabung dengan Al-Qaeda di Irak di bawah kepemimpinan Abu Mush'ab Az-Zarqawi dan berpartisipasi dalam perlawanan terhadap pasukan koalisi. Setelah penangkapan dan penahanan oleh pasukan AS dari tahun 2006 hingga 2011, ia kembali ke Suriah pada saat pecahnya revolusi melawan rezim Bashar Al-Assad. Pada tahun 2012, Asy-Syara mendirikan Jabhah An-Nushrah dengan dukungan Al-Qaeda untuk melawan rezim Assad dalam perang saudara Suriah. Sebagai emir Jabhah An-Nushrah, ia membangun basis kekuatan di wilayah Idlib. Pada tahun 2016, Asy-Syara memutuskan hubungan Jabhah An-Nushrah dengan Al-Qaeda dan mengubah nama kelompok tersebut menjadi Jabhah Fathi Asy-Syam. Kemudian, pada tahun 2017, ia memimpin penggabungan dengan faksi-faksi lain untuk membentuk Haiah Tahrir Asy-Syam (HTS), di mana ia menjabat sebagai emir hingga 2025.

Keberhasilannya Menggulingkan Rezim Bashar al-Assad

Pada November 2024, Ahmad Hussein Asy-Syara melancarkan ofensif selama 11 hari melawan rezim Assad, yang menghasilkan kemenangan cepat di Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus. Setelah kemenangan ini, ia menjadi pemimpin de facto Suriah pada 8 Desember 2024. Pada Januari 2025, Asy-Syara diangkat sebagai Presiden Suriah dan memerintahkan pembubaran HTS serta semua kelompok bersenjata lainnya, termasuk Partai Ba'ath.

Sebagai Presiden, Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani telah berupaya untuk mengubah citranya dari seorang pemimpin jihad menjadi seorang negarawan yang berfokus pada pembangunan negara dan stabilitas regional. Ia telah menyerukan pencabutan sanksi internasional terhadap Suriah dan menekankan bahwa negara tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi dunia.

Hikmah dari Kepemimpinan Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani

1.    Kekuasaan Adalah Amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala

Dengan terpilihnya Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani sebagai Presiden Suriah, ini menjadi pengingat bahwa setiap pemimpin memiliki tanggung jawab besar di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ia harus menegakkan keadilan, menjaga kesejahteraan rakyat, dan menghindari kezhaliman.

2.    Pergantian Kekuasaan adalah Sunnatullah

Sejarah mencatat bagaimana banyak pemimpin naik dan turun dari kekuasaan. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi dalam politik dan kekuasaan di dunia ini, karena semua terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Jika seorang pemimpin adil dan bijaksana, Allah akan memberkahi kepemimpinannya. Sebaliknya, jika ia zhalim, maka Allah pun bisa mencabut kekuasaannya kapan saja dan menghinakannya.

3.    Ujian bagi Rakyat dan Pemimpin

Kepemimpinan Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani bisa menjadi ujian, baik bagi dirinya sendiri maupun rakyat Suriah. Jika ia menjalankan amanah dengan baik, maka itu akan menjadi kebaikan bagi bangsa. Namun jika ia melalaikan tugasnya, maka semua ada hisabnya disisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

4.    Pengingat Bahwa Kekuatan Hanya di Tangan Allah

Tidak ada pemimpin yang bisa bertahan tanpa izin Allah. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus selalu bersandar kepada-Nya, memohon petunjuk, dan menjalankan pemerintahan dengan keadilan. Ahmad Asy-Syara Al-Jaulani harus menyadari bahwa kekuasaannya bukan hasil usaha semata, tetapi merupakan kehendak Allah yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akherat.

Al-Qur'an, surah Ali Imran ayat 26 mengajarkan bahwa kekuasaan adalah hak prerogatif Allah. Ahmad Hussein Asy-Syara Al-Jaulani menjadi Presiden Suriah bukan semata karena usahanya sendiri, melainkan karena Allah telah menetapkan demikian. Ia harus menjalankan kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab, karena sewaktu-waktu Allah bisa mencabut kekuasaan tersebut jika ia tidak menjalankan amanah dengan baik bahkan menghinakannya. Oleh karena itu, rakyat dan pemimpin harus selalu berpegang pada nilai-nilai Islam agar kepemimpinan yang ada membawa berkah dan kebaikan bagi semua.

Wallahu Ta'ala A'lam

Ismail Haniyah: Pahlawan Pembebasan Palestina

 

Kami merasakan beratnya amanah dan tanggung jawab terhadap masalah Palestina. Ini adalah tanggung jawab yang memiliki harga, dan kami siap untuk membayar harga tersebut; syahid di jalan Palestina, di jalan Allah, dan demi kehormatan umat ini.”

(Ismail Haniyah)

 

Ismail Haniyah, lahir pada 18 Mei 1963 di kamp pengungsi al-Syati, Jalur Gaza (yang saat itu dikuasai Mesir), adalah mujahid simbol ketangguhan dalam perjuangan kemerdekaan Palestina. Lahir dalam kondisi yang penuh dengan penderitaan akibat penjajahan, ia tumbuh di tengah perlawanan rakyat Palestina yang berjuang untuk mendapatkan kembali tanah air mereka. Dari kehidupan awalnya di kamp pengungsian, hingga menjadi salah satu pemimpin paling berpengaruh di gerakan Hamas (Harakat al-Muqawamat al-Islamiyyah), Haniyah menunjukkan perjuangan yang tak tergoyahkan terhadap pembebasan tanah Palestina.

Sejak masa mudanya, Haniyah telah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kecintaannya terhadap bangsanya. Saat menjadi mahasiswa di Universitas Islam Gaza, ia telah bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam yang kemudian menjadi fondasi berdirinya Hamas. Pada tahun 1987, ia lulus dengan gelar sarjana Sastra Arab. Ini adalah awal dari perjalanan panjangnya menjadi salah satu tokoh utama dalam perjuangan pembebasan Palestina. Komitmennya yang mendalam terhadap rakyat Palestina tampak jelas sejak masa itu, di mana ia mulai terlibat aktif dalam aktivitas politik dan perjuangan demi kemerdekaan rakyat Palestina.

Intifadah pertama yang pecah pada tahun 1987 menjadi momen penting dalam hidup Haniyah. Bersama dengan pejuang-pejuang Palestina lainnya, ia aktif terlibat dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel. Perjuangannya saat itu menjadi bukti awal dari komitmennya yang tak kenal lelah untuk kemerdekaan rakyat Palestina. Haniyah tidak hanya berjuang di medan politik, tetapi juga di lapangan, menghadapi tantangan dan penangkapan berulang kali oleh pasukan penjajah Israel.

Pada tahun 1989, Haniyah ditangkap dan dipenjara selama tiga tahun oleh Israel. Selama di penjara, ia tidak pernah menyerah pada tekadnya untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Setelah dibebaskan, ia bersama ratusan aktivis lainnya, termasuk Abdul Aziz al-Rantissi, Mahmud Zahhar, dan Aziz Duwaik sempat dideportasi ke Lebanon. Deportasi ini tidak membuatnya gentar, sebaliknya ia kembali ke Jalur Gaza pada tahun 1993 dan melanjutkan perannya dalam perjuangan dengan memimpin Universitas Islam Gaza sebagai dekan, yang menjadi benteng intelektual dan ideologis bagi perjuangan Hamas.

Ismail Haniyah dikenal sebagai murid dari Syaikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas. Bimbingan dari Syaikh Ahmad Yasin membantu Haniyah dalam memahami visi besar Hamas dan menjadikannya salah satu pemimpin terdepan gerakan Islam tersebut. Pada tahun 1997, ia ditunjuk menjadi kepala biro Hamas, posisi yang semakin memperkokoh perannya sebagai pemimpin perjuangan rakyat Palestina. Kepercayaan yang diberikan kepadanya membentuk fondasi kepemimpinan Haniyah dalam menjalankan misi Hamas di kancah perlawanan Palestina.

Intifadha kedua pada 2000-2005 turut melejitkan nama Ismail Haniyah. Seiring dengan itu, militer Israel kian menggencarkan operasi untuk membunuh tokoh sentral Hamas ini. Pada 2003, ia diselamatkan Allah dari serangan udara yang dilancarkan oleh Israel. Meskipun selalu menjadi target pembunuhan, Haniyah tidak pernah mundur dari perjuangannya dan terus memimpin gerakan perlawanan Palestina. Upaya untuk menghabisinya tidak pernah menyurutkan semangatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Kesungguhannya dalam berjihad di jalan Allah di tengah ancaman kematian menjadikannya simbol perjuangan bagi rakyat Palestina.

Kemenangan Hamas dalam pemilu legislatif Palestina pada tahun 2006 menjadi salah satu puncak karir politik Haniyah. Hamas, dengan asas perjuangan yang menonjolkan pada perlawanan rakyat Palestina, berhasil meraih kemenangan besar. Sebagai hasilnya, Haniyah diangkat sebagai Perdana Menteri Palestina. Namun, kemenangan ini tidak diterima dengan baik oleh Fatah, rival politik Hamas. Pada tahun 2007, Mahmoud Abbas memecat Haniyah dari jabatannya, yang menyebabkan friksi politik Hamas-Fatah terus berlanjut dan berkepanjangan.

Meski dicopot dari posisinya, Haniyah dan Hamas terus memimpin pemerintahan Palestina secara de facto di Jalur Gaza. Di bawah kepemimpinannya, Jalur Gaza menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina atas penjajahan Israel. Haniyah menunjukkan keteladanan dengan tetap berada di garda terdepan perjuangan, meskipun menghadapi blokade, serangan militer, dan tekanan politik dari dalam dan luar negeri.

Pada tahun 2017, Haniyah diangkat sebagai pemimpin biro politik Hamas, menggantikan Khalid Mashal. Sejak itu pula dirinya menetap di Qatar. Peran barunya ini semakin memperkokoh posisinya sebagai pemimpin spiritual dan politik bagi Hamas serta rakyat Palestina. Di tengah tekanan dari komunitas internasional, Haniyah tetap teguh mempertahankan prinsip perjuangan rakyatnya, menolak upaya normalisasi dengan Israel yang tidak mengakui hak-hak Palestina.

Selama lebih dari tiga dekade, Haniyah dikenal sebagai sosok yang tegas namun penuh kasih sayang. Ia adalah ayah dari 13 anak, dan kehidupannya sebagai seorang kepala keluarga mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang ia terapkan dalam perjuangan politiknya. Sayangnya, tiga anak Haniyah syahid pada tahun 2024 dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menambah deretan duka keluarga Palestinya yang tak terhitung.

Kepahlawanan Haniyah tak hanya terbatas pada arena politik. Ia adalah simbol keteladanan dalam memperjuangkan hak-hak kemerdekaan rakyat Palestina di berbagai forum internasional. Pada tahun 2023, ketika terjadi genosida di Gaza akibat serangan besar-besaran Israel, Haniyah memberikan pidato yang menyentuh hati. Ia menegaskan bahwa perjuangan rakyat Palestina bukan sekadar masalah politik, tetapi masalah moral yang harus diakui oleh dunia.

Pada Rabu 31 Juli 2024, dunia dikejutkan oleh kabar duka, Ismail Haniyah wafat dalam sebuah serangan di Teheran, Iran. Hamas mengonfirmasi bahwa serangan tersebut dilakukan oleh Zionis saat Haniyah berada di kediamannya setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran. Syahidnya Haniyah menandai hilangnya salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah modern Palestina.

Dunia Islam berduka atas kehilangan Ismail Haniyah, salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam perjuangan Palestina. Sebagai simbol keteguhan dan perlawanan terhadap penindasan, kepergiannya meninggalkan kesedihan yang mendalam di kalangan pejuang dan umat Islam yang mendambakan keadilan bagi Palestina. Haniyah tidak hanya dikenal sebagai pemimpin Hamas, tetapi juga sebagai sosok yang konsisten memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di tengah tekanan global.

Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi dunia Islam yang selalu memandangnya sebagai pahlawan dan teladan dalam perjuangan melawan ketidakadilan. Mantan Wakil Presiden RI dua periode, HM Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersama mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menghadiri pemakaman Ismail Haniyah di Doha, Qatar. Keduanya juga ikut menshalatkan Haniyah di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab sebelum dimakamkan. Ormas-ormas Islam, termasuk Persyarikatan Muhammadiyah dalam media-media resminya juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Haniyah.

Bagi rakyat Palestina, Haniyah bukan hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga seorang pahlawan yang memberikan hidupnya untuk agama dan tanah airnya. Kepemimpinannya, ketabahannya dalam menghadapi berbagai cobaan, serta perjuangannya untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina membuatnya menjadi teladan bagi generasi mendatang.

Kisah hidup Haniyah adalah simbol perlawanan Palestina yang tidak akan pernah pudar. Dari kamp pengungsi di Gaza hingga kepemimpinan puncak Hamas, ia menunjukkan bahwa perjuangan untuk kebebasan adalah perjalanan panjang yang penuh dengan pengorbanan. Ismail Haniyah kini telah syahid, tetapi semangat dan keteladanannya akan terus hidup di hati rakyat Palestina dan pejuang kemerdekaan di seluruh dunia.

Warisan Asy Syahid Ismail Haniyah akan tetap abadi. Sebagai seorang pemimpin yang berjuang di jalan Allah tanpa kenal lelah, ia telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah Palestina. Kepahlawanannya menginspirasi perlawanan dan harapan, bahwa suatu hari nanti Palestina akan merdeka dan rakyatnya akan kembali damai di tanah air yang telah lama dirindukan. [M. Nasri Dini/dari berbagai sumber]

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 2/XXIII - Februari 2025 M / Sya'ban 1446 H

Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan

 

Apa saja amalan-amalan ketika turun hujan?

 

Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)

 

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56]: 68-69)

 

Begitu juga firman Allah Ta’ala,

وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14)

Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.” (QS. An Naba’ [78]: 14)

Allah Ta’ala juga berfirman,

فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ

 

Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya.” (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah awan (Lihat Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H)

 

Merupakan tanda kekuasaan Allah Ta’ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Ta’ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 

Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.

 

Sebagai tanda syukur kepada Allah atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa hal seputar musim hujan. Untuk tulisan pertama, kami akan menjelaskan amalan-amalan yang semestinya dilakukan seorang muslim ketika hujan turun. Setelah itu, kita akan memperjari fenomena kilatan petir dan geledek. Dan terakhir kita akan mengkaji bersama mengenai beberapa keringanan di musim penghujan. Semoga bermanfaat.

 

:: Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan ::

 

[1] Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung

Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى نَاشِئاً فِي أُفُقٍ مِنْ آفَاِق السَمَاءِ، تَرَكَ عَمَلَهُ- وَإِنْ كَانَ فِي صَلَاةٍ- ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ؛ فَإِنْ كَشَفَهُ اللهُ حَمِدَ اللهَ، وَإِنْ مَطَرَتْ قَالَ: “اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً”

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat].” (Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

 

’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »

 

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. ‘Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ‘Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), ”Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (QS. Al Ahqaf [46]: 24)” (HR. Bukhari no. 3206)

 

Ibnu Hajar mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.” (Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al ’Asqolani Asy Syafi’i, 6/301, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H)

 

[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan

Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do’a,

اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً

 

Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].

 

Itulah yang Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »

 

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shoyyiban nafi’an, [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”. (HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523)

 

Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini berisi anjuran untuk berdo’a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.”

 

Al Khottobi mengatakan, “Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18, Asy Syamilah)

 

[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do’a

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni (Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1405 H) mengatakan, “Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ: عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

 

Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026)

 

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ

 

Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan. (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ no. 3078)

 

[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

 

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari, [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1014)

 

Ibnul Qayyim mengatakan, “Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam supaya berdo’a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do’a di atas.” (Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H)

 

Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya. (Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah)

 

[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

 

Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim no. 898)

 

An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.” (Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392 H)

 

An Nawawi selanjutnya mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi’iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.” (Syarh Muslim, 6/196)

 

Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,

أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: “يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً [ق: 9].

 

“Apabila turun hujan, beliau mengatakan, ”Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku”.” Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], “Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya).” (QS. Qaaf [50]: 9)” (Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkataan sahabat])

 

[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan

Ibnu Qudamah mengatakan, “Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras.” (Al Mughni, 2/295)

 

Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

اُخْرُجُوا بِنَا إلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ طَهُورًا، فَنَتَطَهَّرَمِنْهُ وَنَحْمَدَ اللّهَ عَلَيْهِ

Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci.” Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini.” (Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Nawawi dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil dari http://dorar.net ]. Lihat pula Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yang lemah karena munqothi’ yaitu ada sanad yang terputus)

 

Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi’ (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi (Syaikh Al Albani dalam Dho’if Al Jaami’ no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho’if)

 

Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,

كَانَ يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي ” أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ طَهُوْرًا فَنَتَطَهَّرُ بِهِ

 

“Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci”. Kemudian kami bersuci dengannya.” (HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Gholil no. 679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

[7] Janganlah Mencela Hujan

Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”.

 

Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

 

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ

 

Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.(HR. Bukhari no. 6478)

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

 

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِى الأَمْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

 

“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah)

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ

 

Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.

 

Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa. (Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau “Mutiara Faedah Kitab Tauhid”, hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H)

 

Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta’ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.

 

[8] Berdo’a Setelah Turunnya Hujan

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »

 

“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah)maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy)

 

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.

 

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, ”Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata.” (Kutub wa Rosa’il Lil ‘Utsaimin, 170/20, Asy Syamilah)

 

Demikian beberapa amalan yang bisa diamalkan ketikan hujan turun.

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel https://rumaysho.com