Azab di Waktu Subuh dan
Pendidikan LGBT
Waktu subuh adalah waktu yang sangat agung dalam pandangan Islam. Ia bukan sekadar pergantian malam dan siang, tetapi juga menjadi waktu penentu keselamatan dan kebinasaan. Dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW, disebutkan berbagai keutamaan waktu ini serta kisah kehancuran suatu kaum akibat kemaksiatan mereka yang terjadi di waktu subuh. Maka dari itu, memahami hakikat dan keutamaan waktu subuh menjadi penting, bukan hanya secara ritual keagamaan, tetapi juga sebagai pengingat akan tanggung jawab dalam menjaga fitrah keluarga dan generasi dari kerusakan moral seperti LGBT yang menjadi ancaman nyata di zaman ini.
Keutamaan Waktu Subuh
Dalam Islam, waktu subuh pada
asalnya memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Shalat subuh tidak hanya sebagai
pembuka hari agar penuh berkah, tetapi juga menjadi pembuka pintu surga dan
pelindung dari siksa neraka. Nabi SAW bersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ
دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat
shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574
dan Muslim no. 635)
Nabi SAW bersabda,
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ
صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar).” (HR. Muslim no. 634)
Azab di Waktu Subuh
Namun dalam
kondisi tertentu, waktu subuh juga menjadi waktu kehancuran bagi kaum yang
durhaka. Dalam kisah Nabi Luth AS, azab yang Allah SWT turunkan kepada kaumnya
terjadi di waktu subuh, waktu yang seharusnya menjadi gerbang cahaya, justru
menjadi waktu kegelapan akibat dosa. Allah SWT berfirman,
اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ
“Sesungguhnya
dia akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat
(kehancuran) mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”
(QS. Hud [11]: 81)
Penjelasan sebab azab di atas dapat dibaca pada Al A’raf 80-81, yang menjelaskan penyimpangan perilaku mereka, khususnya dalam hal orientasi seksual menyimpang.
Azab Kaum Luth
Karena
kedurhakaannya kaum Luth dibalas dengan azab yang sangat mengerikan. Allah SWT tidak
hanya membinasakan mereka secara fisik, tetapi menjadikan mereka pelajaran bagi
umat setelahnya. Allah SWT berfirman,
فَلَمَّا جَاۤءَ
اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهَا
حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ مَّنْضُوْدٍ
“Maka, ketika
keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya (negeri kaum Lut) dan Kami
menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.”
(QS. Hud [11]: 82)
Nabi SAW
bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ عَمِلَ
عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ
“Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth.” 3x (HR. Ahmad)
Dari Ibnu
‘Abbas RA, ia berkata,
مَنْ
وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ
“Siapa di antara kalian yang mendapati kelakuan yang dilakukan seperti kaumnya Luth, maka bunuhlah fa’il dan maf’ul bih (kedua pelakunya).” (HR. Abu Daud, no. 6642; Tirmidzi, no. 1456; Ibnu Majah, no. 2561)
Pendidikan LGBT sejak Dini
Dari
kisah kaum Luth, kita harus mawas diri akan ancaman hal yang sama di masa ini.
Perilaku LGBT bukan hanya sejarah masa lalu, tapi kini menjadi arus yang
dibungkus rapi oleh media dan budaya populer. Maka, orang tua dan pendidik
harus sadar bahwa penyimpangan bisa terjadi bahkan pada anak-anak di lingkungan
sekitar kita sekalipun. Jangan merasa aman, LGBT bisa menyerang siapa saja
termasuk orang-orang yang secara lahiriyah paham dan taat dalam beragama. Upaya
pencegahan harus dilakukan sejak dini, di antaranya:
a. Pendidikan fitrah dan peran gender sejak dini
Ajarkan
anak laki-laki menjadi rijal sejati, dan anak perempuan menjadi muslimah yang
mulia. Tanamkan identitasnya dengan jelas.
b. Tanamkan rasa malu
Malu
adalah perisai iman. Anak-anak yang tumbuh dengan rasa malu, akan terjaga dari
kebiasaan vulgar dan perilaku menyimpang.
c. Waspada
pergaulan dan media (HP, TV, dll)
Pergaulan
dan tontonan menentukan cara berpikir anak. Awasi konten yang mereka akses dan
beri pemahaman yang sehat.
d. Komunikasi
yang sehat dan terbuka antara anak dan orang tua
Anak
yang merasa aman bicara dengan orang tua akan lebih mudah diarahkan dan dilindungi
dari pengaruh buruk.
Doa Orang tua
Langkah
pencegahan tidak akan sempurna tanpa doa. Doa orang tua adalah benteng utama.
Nabi Ibrahim AS telah mencontohkan bagaimana beliau mendoakan anak keturunannya
agar terhindar dari kemusyrikan.
رَبِّ اجْعَلْ
هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ
“Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku dari penyembahan terhadap berhala-berhala.” (QS. Ibrahim [14]: 35)
Nabi SAW bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ
مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa
yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang
bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Dawud)
Penutup
Waktu subuh adalah waktu yang penuh keberkahan, namun juga menjadi waktu kehancuran bagi kaum yang melampaui batas. Kisah kaum Luth bukan hanya untuk dibaca, tetapi direnungkan dan dijadikan peringatan. Di zaman yang sarat tantangan moral seperti hari ini, orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga anak-anak dari arus penyimpangan. Melalui pendidikan, pengawasan, komunikasi, dan doa yang tulus, semoga kita semua dijauhkan dari fitnah zaman dan dimasukkan ke dalam golongan yang dijanjikan surga oleh Allah SWT. Wallahu musta’an.
Tidak ada komentar: