Enam puluh tahun perjalanan sebuah pergerakan bukanlah waktu yang singkat. Apalagi bila perjalanan itu ditempuh dengan penuh dinamika, pengabdian dan kerja nyata di tengah perubahan zaman. Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, atau yang lebih dikenal dengan KOKAM, lahir bukan sekadar untuk menjadi barisan yang gagah dalam seragam dorengnya yang identik dengan Kopassus. KOKAM lahir untuk menjadi benteng moral, disiplin dan pengabdian angkatan muda Muhammadiyah dalam menjaga dan membangun negeri.
1 Oktober 2025, memasuki usianya yang keenam dekade, KOKAM membawa tema: "KOKAM Tangguh, Sinergi Menjaga dan Membangun Negeri". Tema ini mencerminkan bahwa tangguh bukan hanya perkara fisik, barisan yang lurus, atau disiplin yang tegas. Ketangguhan sejati adalah ketika kekuatan jasmani berpadu dengan keteguhan moral, kematangan mental, dan kedalaman intelektual. Barisan KOKAM mungkin dikenal karena ketertiban, kesiapsiagaan, dan kedisiplinannya. Namun lebih dari itu, yang sejatinya menjadi kekuatan utama adalah karakter, akhlak, dan ketulusan yang lahir dari hati. Tauhid, ilmu dan amal adalah senjata sejati pasukan KOKAM.
Enam puluh tahun yang lalu, 1 Oktober 1965 KOKAM lahir di tengah kebutuhan akan barisan muda yang siap menjaga persyarikatan dan negeri. Kini, enam puluh tahun kemudian, tantangan yang dihadapi tentu saja jauh lebih kompleks. Arus globalisasi yang deras, budaya materialistik yang merasuk, gaya hidup hedonistik yang mudah menjerat, hingga kepentingan duniawi yang sering kali mengaburkan idealisme. Semua itu menuntut KOKAM untuk tetap teguh berdiri, tidak larut dalam gelombang, dan tetap menjadikan tauhid serta akhlak sebagai pedoman utama.
Dalam menghadapi zaman yang penuh perubahan, ketangguhan fisik memang penting, tetapi ia tidak akan berarti tanpa keteguhan jiwa. Apa artinya kekuatan raga bila rapuh dalam menghadapi godaan duniawi? Apa artinya barisan disiplin bila mudah tergoda oleh kepentingan sesaat? Karena itu, ketangguhan yang sejati adalah menyatukan kekuatan lahir dan batin: disiplin yang keras berpadu dengan akhlak yang lembut, ketegasan sikap berpadu dengan ketulusan hati, kecerdasan dalam ilmu yang berpadu dengan keikhlasan dalam tauhid yang murni.
Pengabdian menjadi kata kunci yang tak terpisahkan dari perjalanan KOKAM. Selama enam dekade, barisan ini telah menunjukkan bahwa mengabdi berarti memberi, bukan meminta. Mengabdi berarti menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok kecil. Mengabdi berarti ikhlas hadir di garda depan, meski tidak selalu mendapatkan sorotan atau penghargaan. Semangat memberi inilah yang menjadi spirit KOKAM, sejalan dengan semangat Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya menempatkan amal sebagai ibadah. Ilmu amaliyah dan amal ilmiyah.
Dalam membangun bangsa, yang dibutuhkan bukan sekadar kekuatan fisik atau dominasi kelompok tertentu. Membangun bangsa adalah kerja kolektif, kerja bersama yang dilandasi oleh keikhlasan. Indonesia bukan milik segelintir orang, bukan pula monopoli mereka yang kaya atau berkuasa. Indonesia adalah milik semua, berdiri di atas semangat kebersamaan, keadilan, dan persatuan. Kesadaran inilah yang harus terus dihidupkan oleh KOKAM, bahwa peran anak muda bukan untuk membelah atau mengkotak-kotakkan bangsa menjadi kepingan-kepingan kepentingan, melainkan merajut persatuan dengan semangat tulus dan ikhlas.
Enam dekade perjalanan KOKAM juga menjadi cermin bahwa generasi muda memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk wajah bangsa. Tidak ada bangsa yang kuat tanpa pemuda yang tangguh. Tidak ada peradaban yang tumbuh tanpa semangat muda yang penuh pengabdian. KOKAM hadir sebagai simbol bahwa angkatan muda Muhammadiyah tidak hanya siap menjaga persyarikatan, tetapi juga memiliki tanggung jawab lebih besar: menjaga pilar-pilar Indonesia dengan sepenuh jiwa.
Ketangguhan KOKAM juga terletak pada kemampuannya menyeimbangkan antara Islam dan keindonesiaan. Dalam setiap geraknya, KOKAM membawa nilai Islam berkemajuan, Islam yang moderat, Islam yang menebar rahmat bagi semesta. Islam yang tidak kaku dan eksklusif, melainkan Islam yang berpadu dengan kebangsaan, yang meneguhkan bahwa beragama tidak berarti menjauh dari realitas sosial, melainkan hadir di tengah bangsa untuk memberi solusi, mengabdi, dan membangun. Dengan semangat ini, pengabdian kepada bangsa menjadi bagian tak terpisahkan dari pengabdian kepada Tuhan.
Spirit wasathiyah atau jalan tengah juga menjadi napas penting dalam perjalanan KOKAM. Dalam dinamika bangsa yang kerap diwarnai perbedaan, jalan tengah adalah jembatan yang menyatukan. Bukan sekadar kompromi, melainkan sikap bijak yang lahir dari kesadaran bahwa Indonesia berdiri di atas keberagaman. Dari Aceh hingga Papua, dari Sabang hingga Merauke, dari berbagai agama, suku, dan budaya, semua adalah bagian dari mozaik besar bernama NKRI. KOKAM dipanggil untuk menjaga mozaik ini agar tetap utuh, indah, dan tidak terpecah.
Sejarah bangsa mengajarkan bahwa keberlangsungan Indonesia tidak pernah berdiri di atas kepentingan golongan tertentu. Ia lahir dari semangat kolektif, dari perjuangan bersama, dari pengorbanan tanpa pamrih. Bung Karno pernah mengingatkan bahwa negeri ini bukan milik satu kelompok, bukan milik bangsawan atau golongan kaya semata. Indonesia adalah milik semua. Dan dalam semangat itu, KOKAM harus terus hadir, mengabdikan diri tanpa pamrih, menempatkan diri sebagai bagian dari bangsa yang besar, dan tidak pernah menuntut balas atas pengorbanan yang diberikan.
Pengabdian yang sejati tidak lahir dari keinginan mendapatkan imbalan. Ia lahir dari kesadaran spiritual bahwa mengabdi adalah ibadah. Ketika pengabdian dijalankan dengan tulus, ia tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber kekuatan. Ketulusan inilah yang harus terus dipelihara oleh KOKAM dalam setiap geraknya, agar setiap langkah yang diambil tidak hanya bermanfaat bagi persyarikatan, tetapi juga memberi arti bagi bangsa dan negara.
Perjalanan enam puluh tahun tentu bukan perjalanan yang mudah. Banyak rintangan, tantangan, dan dinamika yang harus dihadapi. Namun semua itu tidak pernah mematahkan semangat KOKAM. Justru, dari perjalanan panjang itu, lahirlah barisan yang semakin matang, semakin kuat, dan semakin siap menghadapi tantangan masa depan.
Kini, di usia yang ke-60, KOKAM dituntut untuk melangkah lebih jauh. Tantangan abad ini jauh lebih kompleks daripada era sebelumnya. Perubahan teknologi yang begitu cepat, pergeseran budaya, hingga tantangan global yang tak terelakkan, menuntut kesiapan baru. KOKAM harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Kedisiplinan, ketangguhan fisik, dan kesiapsiagaan harus berjalan seiring dengan kecerdasan digital, kreativitas, serta kemampuan membaca perubahan zaman.
Namun di balik semua itu, fondasi utama tetap sama: akhlak, moral, dan pengabdian. Sebab sehebat apa pun perubahan teknologi, setinggi apa pun kecerdasan intelektual, tanpa akhlak yang kokoh semuanya akan rapuh. Akhlak adalah kompas yang menuntun arah. Moral adalah tiang penopang yang menjaga agar langkah tidak goyah. Dan pengabdian adalah roh yang memberi makna bagi setiap usaha.
Enam dekade KOKAM adalah kisah tentang keberanian, disiplin, ketangguhan, dan keikhlasan. Tetapi lebih dari itu, ia adalah kisah tentang cinta pada bangsa dan pengabdian tanpa pamrih. Dari generasi ke generasi, KOKAM telah mewariskan semangat bahwa menjaga negeri bukan hanya tugas negara, melainkan tanggung jawab setiap anak bangsa. Dan dalam tanggung jawab itu, pemuda Muhammadiyah memilih untuk berada di garis depan.
Milad ke-60 bukan hanya perayaan usia, melainkan momentum untuk menatap ke depan dengan tekad baru. KOKAM ditantang untuk terus meneguhkan diri sebagai kader pengabdian, sebagai barisan yang tidak hanya disiplin, tetapi juga penuh cinta, ikhlas, dan siap berkorban. Masa depan Indonesia membutuhkan pemuda yang tidak hanya gagah secara fisik, tetapi juga matang secara moral, cerdas secara intelektual, dan tulus dalam mengabdi.
KOKAM telah menapaki enam puluh tahun perjalanan yang membanggakan. Kini, tugas berikutnya adalah memastikan bahwa semangat itu tetap hidup, terus berlanjut, dan diwariskan kepada generasi baru. Dengan semangat pengabdian, dengan akhlak yang kokoh, dan dengan cinta yang tulus pada bangsa, KOKAM akan selalu hadir sebagai cahaya yang menerangi jalan panjang Indonesia menuju masa depan yang berkemajuan.
Tidak ada komentar: