Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

» » » » Refleksi Hari Santri 2025: Dari Pintu Pesantren Menuju Peradaban Dunia


Oleh: Muhammad Fatkhul Hajri, S.Pd., M.Pd.
Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
Alumnus Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo


Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional, sebuah momentum penting yang mengingatkan kita pada peran besar kiai dan para santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Bagi saya pribadi yang merupakan seorang alumnus pesantren dan kini diberi amanah memimpin sebuah sekolah Islam, Hari Santri bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan ruang refleksi atas perjalanan hidup dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para ulama, kiai dan ustadz.

Jejak Pesantren dan Warisan Didikan Asatidzah

Saya masih sangat mengingat suasana Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo, tempat saya dulu menimba ilmu, meskipun sekarang sudah lebih maju dibandingkan dulu. Penanaman disiplin yang ketat, jadwal yang padat, tugas yang tak pernah berhenti, serta teguran tegas bahkan terkadang keras dari para ustadz menjadi bagian dari keseharian kami, para santri. Dulu, mungkin terasa berat dan kadang terasa melelahkan. Namun kini, saya menyadari bahwa kerasnya pendidikan para ustadz di pesantren itulah yang menempa karakter kami menjadi pribadi yang tangguh dan istiqamah.

Untuk itu, izinkan saya menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan setinggi-tingginya kepada para ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Muhammadiyah Cabang Blimbing yang telah mendidik dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Dari tangan merekalah lahir para santri yang siap berjuang, berdakwah, dan berkontribusi bagi masyarakat. Nilai ketakwaan, kemandirian, dan kedisiplinan yang mereka tanamkan masih terpatri kuat dalam kehidupan saya hingga kini, terutama dalam menjalankan amanah di dunia pendidikan.

Dari Resolusi Jihad ke Semangat Kemerdekaan Palestina

Hari Santri ditetapkan untuk mengenang peristiwa bersejarah pada 22 Oktober 1945, ketika KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Fatwa Jihad yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad. Seruan wajibnya syariat jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah. Seruan itu menggugah semangat ribuan santri, kiai dan kaum Muslimin secara umum untuk berjuang membela tanah air, bahkan dengan jiwa dan raga.

Semangat jihad yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy’ari itu tidak boleh padam. Santri masa kini harus tetap memiliki ruh perjuangan, meskipun mungkin dalam konteks yang berbeda. Jihad santri hari ini bukan lagi semata mengangkat senjata, melainkan berjihad dengan tauhid, ilmu, amal, dan kontribusi nyata bagi bangsa dan semesta. Kita berjuang di ruang-ruang kelas, di tengah masyarakat, dan di dunia digital, melawan kebodohan, kemalasan, serta ketidakadilan.

Termasuk juga, santri masa kini harus senantiasa terpanggil untuk menunjukkan solidaritas terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Jihad kita adalah dengan doa, dukungan moral, karya, dan kesadaran kemanusiaan lainnya untuk membela bangsa Palestina yang tertindas oleh penjajah Zionis Yahudi. Karena jihad bukan semata perang fisik, melainkan juga perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan dengan segala kemampuan yang kita miliki. Termasuk bagi para mantan santri yang kini berada di ruang-ruang diplomasi, wajib hukumnya menyerukan kepada negara-negara Muslim khususnya maupun dunia internasional pada umumnya untuk bersatu membela Palestina.

Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia

Tema Hari Santri 2025, “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia,” menegaskan peran strategis santri di era modern. Santri tidak hanya bertugas menjaga kemerdekaan dari ancaman fisik, tetapi juga mengawal kemerdekaan berpikir, berakhlak, dan beramal shalih untuk mewujudkan peradaban dunia yang gemilang.

Oleh para santri, Indonesia yang merdeka harus terus dijaga agar tidak kehilangan arah di tengah derasnya arus globalisasi yang seringkali menyesatkan. Santri dengan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaannya diharapkan menjadi pelita yang menuntun peradaban, membawa semangat damai, keilmuan, dan kemanusiaan ke tingkat dunia.

Sebagai pemimpin lembaga pendidikan Islam, saya meyakini bahwa nilai-nilai pesantren sangat relevan untuk ditanamkan kepada peserta didik di manapun mereka belajar. Kesederhanaan, keuletan, rasa hormat kepada guru, dan semangat belajar tanpa batas adalah modal utama membangun generasi yang berperadaban. Akhirnya, semangat santri bukan milik pesantren semata, tetapi milik seluruh anak bangsa yang ingin berjuang dengan tauhid, ilmu dan amal shalih.

Penutup

Menjadi santri bukanlah sekadar masa lalu, melainkan identitas yang harus senantiasa hidup dan menginspirasi sepanjang hayat. Didikan keras dari pesantren telah membentuk pondasi spiritual dan moral yang kokoh untuk melangkah di jalan perjuangan setelah lulus dari pesantren.

Di Hari Santri 2025 ini, mari kita perkuat tekad untuk terus mengawal kemerdekaan Indonesia, memperjuangkan nilai-nilai Islam berkemajuan yang rahmatan lil ‘alamin, dan membangun peradaban dunia yang adil untuk mewujudkan manusia yang makmur dan sejahtera. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Selamat Hari Santri Nasional 2025.
Dari santri, oleh santri, untuk Indonesia dan peradaban dunia.

«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply