Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Khutbah Jumat: Peduli Muslim Uighur


KHUTBAH JUMAT: PEDULI MUSLIM UIGHUR

KHUTBAH PERTAMA

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

اتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Setelah bersyukur kepada Allah SWT dan bershalawat atas Rasulullah SAW, kami wasiatkan kepada diri kami, dan juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena bekal iman dan takwa adalah sebaik-baik bekal yang akan kita bawa menghadap Allah SWT.

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Akhir-akhir ini, mulai hangat kembali informasi tentang kondisi sekelompok orang yang dikenal dengan etnis muslim Uighur. Etnis muslim yang dilarang mengamalkan ajaran Islam oleh rezim komunis China. Mereka dilarang shalat dan berpuasa, mereka tidak boleh membaca Al-Qur’an. Anak-anak yang baru lahir dilarang menggunakan nama islam, sementara wanita tidak diperkenankan menggunakan hijab dan dinikahkan dengan orang-orang komunis China.

 

Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang disiksa, ditindas, dan diintimidasi ketika menolak paksaan rezim. Hingga saat ini, entah berapa ribu nyawa yang hilang ketika mereka berani melawan kebijakan rezim. Saat mereka lari ke luar negeri pun, intimidasi juga tetap dialami. Namun, dunia diam melihat semua hal itu. Tidak ada aksi serius untuk menghentikan kekejaman rezim komunis China terhadap etnis muslim Uighur. Bahkan pemerintah kita pun belum mengeluarkan pernyataan resmi mengutuk kezaliman tersebut. Lalu, dengan kondisi yang seperti itu akankah kita turut berdiam saja? Lupakah kita akan ukhuwah Islamiyah?

 

Allah SWT berfirman,

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” (QS. At-Taubah: 71)

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Kepedulian kita kepada kaum muslimin yang tertindas di Uighur, bukan hanya soal kemanusiaan. Tapi lebih dari itu, yaitu tentang empati iman. Meskipun cukup dengan kacamata kemanusiaan, seorang tanpa agamapun akan tahu, bahwa itu adalah penindasan dan kezaliman, yang menuntut kepedulian. Kita jangan sampai kalah manusiawi dengan mereka. Kaum muslimin di Uighur, adalah saudara se-iman kita. Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan di antara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaq ‘alaih)

 

Rasulullah SAW juga bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Lalu beliau SAW menautkan antar jari-jemarinya. (Muttafaq ‘alaih)

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Apapun yang kita sanggup, wajib kita persembahkan untuk meringankan penderitaan mereka. Bila hari ini belum ada akses mengirimkan bantuan materi untuk mereka, maka minimal doa harus selalu kita panjatkan. Semua ini sebagai tuntutan ukhuwah islamiyah, karena sesama muslim bersaudara. Kepedulian tersebut merupakan tuntutan dari kesempurnaan iman. Rasulullah SAW bersabda:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتَّى يُحِبَّ لأَخيهِ ما يُحِبُّ لِنَفسه

“Tidaklah beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana apa saja yang ia sukai untuk dirinya sendiri (yakni kebaikan).” (HR. Bukhari-Muslim)

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Sejatinya, hari ini kita sedang diuji oleh Allah SWT tentang seberapa kuatkah ikatan iman yang ada dalam jiwa kita saat saudara-saudara kita di belahan bumi lain ditindas dan dizalimi. Seberapa sakit rasa yang kita alami ketika saudara-saudara muslim kita di Uighur mengalami kesulitan hidup di bawah tirani komunis. Bukankah mereka juga bagian dari tubuh kita? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk mereka?

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Rasulullah SAW bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ

“Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

 

Syekh Kholid bin Utsman As Sabt -hafidzahullah- mengatakan, “Semakin iman itu menguat, semakin kuat pula kepedulian seorang. dan semakin melemahnya iman, semakin lemah pula kepedulian seorang.”

 

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Maka, mari kita peduli kepada saudara muslim kita di Uighur. Sebutlah mereka dalam doa-doa mustajab kita. Bantu mereka sesuai kemampuan yang Allah berikan kepada kita. Semoga Allah menyelamatkan saudara kita sesama muslim di Uighur, dari segala kezaliman dan penindasan. Serta hancurkanlah orang-orang kafir yang menindas kaum muslimin di manapun berada.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمَظْلُوْمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ.

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Langkah Muhammadiyah 3: Memperbaiki Budi Pekerti


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pada Majalah Tabligh edisi No. 11/XVII penulis telah memaparkan secara singkat tentang langkah kedua yang terdapat dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah. Gagasan pemikiran ideologis pertama dalam Muhammadiyah yang awalnya adalah materi pengajian rutin malam selasa (Cursus Hoofdbestuur Moehammadijah di Yogyakarta) yang diampu oleh KH. Mas Mansur (Ketua PB Muhammadiyah 1937-1942).

 

Dalam memahami agama, Muhammadiyah secara akidah berpegang kepada para salafush shalih meskipun tidak berafiliasi dengan aliran akidah manapun. Secara fikih, Muhammadiyah tidak berorientasi pada fikih mazhabi tetapi fikih manhaji. Secara akhlak, Muhammadiyah tidak pernah mengikuti aliran tasawuf tertentu, tidak pula mengatakan bahwa tasawuf itu sesat. Muhammadiyah sama sekali tidak anti terhadap aliran teologi, mazhab dan tasawuf tertentu. Paham agama Muhammadiyah bersifat independen, komprehensif, dan integratif.

 

Dalam memperluas paham agama, Muhammadiyah melakukan setidaknya dua hal, yakni purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang). Sementara tajdid (dinaminasi atau modernisasi) dilakukan dalam hal urusan muamalah keduniawian. Sehingga Islam dapat diaplikasikan secara aktual dan fungsional.

 

Tentang paham agama Muhammadiyah ini dalam buku “Tafsir Langkah Muhammadiyah” disebutkan bahwa agama dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Bagian Pokok, ialah yang berhubungan dengan kepercayaan i’tiqad. Bagian ini kita harus taslim (menerima saja) kepada adanya nash-nash yang tentu. Kedua, Bagian Furu’, ialah yang berhubungan dengan ibadah, muamalah, hudud (perbatasan), dan lain-lain. Dalam bagian ini kita boleh memperluas paham dengan menggunakan “qiyas” dan lain-lainnya. (Tafsir Langkah hlm. 28)

 

Pada langkah kedua ini KH. Mas Mansur juga berpesan kepada para mubaligh Muhammadiyah agar selalu mempelajari, memahami dan menyebarluaskan agama dengan pemahaman yang luas. Meskipun beliau juga berpesan, “untuk ketertiban, agar jangan sampai mendatangkan perselisihan di dalam kalangan kita (persyarikatan-pen), maka sebelum buah paham itu diberikan kepada umum, lebih dahulu supaya dipermusyawarahkan di dalam Lajnah atau Majelis Tarjih, dan di dalam permusyawaratan itu, hendaklah langkah ini (langkah kedua-pen) menjadi dasar.” (Tafsir Langkah hlm. 32)

 

Langkah Ketiga

Muhammadiyah telah memberikan panduan untuk segenap warganya dalam bermuamalah, intinya bahwa semuanya harus selalu dalam naungan frame keislaman, mencakup di dalamnya akhlakul karimah. Tidak hanya mementingkan hubungan baik dengan Allah SWT (hablum minallah) semata, tetapi juga diimbangi dengan baiknya hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Maka Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan warganya agar menjauhi perbuatan syirik saja kepada Allah SWT, tetapi juga menghimbau warganya agar menjauhi dan tidak melakukan akhlak mazmumah (budi pekerti yang tercela) kepada sesama manusia.

 

Langkah ketiga yang diambil oleh KH. Mas Mansur dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah adalah “memperbuahkan budi pekerti”. Karena akhlak mahmudah (budi pekerti yang baik) adalah hal yang dicintai Allah SWT. Karena keutamaan akhlak yang baik, juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang akan didapatkan oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan di akhirat. Bahkan Allah SWT mensifati orang yang paling dicintai-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW dengan pemilik akhlak yang sempurna. Allah SWT berfirman,

 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)

 

KH. Mas Mansur mencontohkan beberapa bentuk akhlak yang harus dipegang erat oleh kaum mukminin, utamanya warga Muammadiyah. Di antaranya yaitu:

 

Pertama, Takut kepada Allah SWT. Jika rasa takut kepada Allah SWT senantiasa dipelihara oleh seorang muslim, maka ia akan menjadi dinding yang kuat agar manusia tidak mengerjakan maksiat. Ia juga menjadi kendaraan bagi manusia agar bisa meringankan mereka dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

 

KH. Mas Mansur berkata, “Rasa takut kepada Allah, suatu pokok yang sangat penting, sehingga karena amat pentingnya, maka setengah dari syarat-syarat khutbah Jum’ah harus ada pokok bahasan yang maksudnya memberikan peringatan kepada orang banyak supaya takut kepada Allah.” (Tafsir Langkah hlm. 37)

 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menerangkan bahwa, “Konsekuensi dari orang yang takut pada Allah adalah meninggalkan larangan dan melaksanakan perintah. Itulah yang mendapatkan dua surga. Dua surga itu terdapat bejana, perhiasan, bangunan dan isi lainnya yang terbuat dari emas. Salah satu dari dua surga itu diperuntukkan karena meninggalkan yang diharamkan. Dan surga lainnya diperuntukkan karena melakukan ketaatan yang diperintahkan.”

 

Allah SWT berfirman:

 

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS. Ar Rahman [55]: 46)

 

Kedua, Menepati Perjanjian. Menyelishi janji adalah tanda kemunafikan, maka hukumnya adalah haram. Karena menyelisihi janji dapat juga disamakan dengan berkata dusta (bohong), dan dusta adalah perbuatan haram, Sebaliknya hukum memenuhi janji adalah wajib. Maka sudah seharusnya seorang muslim berhati-hati dalam membuat janji. Seorang muslim tidak akan bermudah-mudah berjanji kemudian melupakan dan menyelisihi janjinya sendiri.

 

Nabi SAW bersabda, “Empat sifat, barangsiapa terdapat padanya empat sifat itu dialah orang munafik (tulen). Dan barangsiapa terdapat dari padanya salah satu dari empat sifat itu, maka dialah setengah dari orang munafik, sehingga dia mau meninggalkannya. Empat sifat itu ialah: (1) Jika berbicara, dia berdusta, (2) Jika berjanji, dia tidak menepati, (3) Jika telah sanggup, dia khianat, (4) Jika berbantah, dia melewati batas (berkeras kepala, tidak mau mengakui salahnya meskipun salah).” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Menepati perjanjian, suatu perkara yang terpenting di dalam kebersamaan suatu perkara, terutama dalam persyarikatan. Persyarikatan tidak akan berjalan beres, bila pengurus-pengurus dan anggota-anggotanya sudah tidak menepati perjanjian, melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah disanggupinya.” (Tafsir Langkah hlm. 38)

 

Ketiga, berkata benar. Salah satu akhlak yang penting dan harus dimiliki oleh seorang muslim adalah kebenaran dalam perkataannya. Benar dalam hal apa yang dia katakan adalah sesuatu yang memang sebuah kebaikan. Dan benar dalam hal bahwa semua yang dia katakan adalah sebuah kebenaran (kejujuran). Rasulullah SAW bersabda,

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab [33]: 70-71)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Supaya perjalanan kita selamat, maka akhlak ini harus ditanamkan dalam-dalam kepada orang umum terutama anggota-anggota Muhammadiyah, karena vergadering-vergadering (keputusan yang disahkan dalam rapat) kita tiada akan memperbuahkan putusan yang baik, kalau satu-satunya hadirin tidak berdasarkan kebenaran di dalam pembicaraannya. Insya Allah, dengan berdasarkan kebenaran, martabat kita akan terjunjung.” (Tafsir Langkah hlm. 40)

 

Keempat, Rahmah dan Mahabbah. Berkasih sayang dan saling mencintai antar sesama manusia, utamanya kepada sesama kaum muslimin dan mukminin adalah hal yang diperintahkan dan suatu perkara yang utama dalam Islam. Karena dengan adanya mahabbah, akan terwujud persatuan dan ukhuwah antar sesama manusia. Karena rahmah dan mahabbah ini pula Muhammadiyah dapat menyebar di daerah-daerah yang sebelumnya dikenal anti terhadap dakwah Muhammadiyah. Penolakan terhadap Muhammadiyah bisa berubah menjadi penerimaan saat da’i dan mubaligh Muhammadiyah bisa berlaku rahmah.

 

Salah satu bentuk rahmah dan mahabbah adalah dengan selalu menebarkan salam. Seperti yang pernah dicontohkan oleh KH. Abdur Rozak Fakhruddin atau yang biasa disapa Pak AR. Saat beliau berdakwah di Ulu Paceh Palembang, beliau sempat ditanggapi dengan sinis oleh ulama di tempat itu. Tetapi beliau dapat meluluhkan hati ulama yang sinis tersebut dengan selalu menyapa setiap hari dengan ucapan salam. Meskipun awalnya salam Pak AR tidak dijawab, tetapi beliau tidak pernah bosan. Hingga akhirnya hati ulama di tempat itu pun luluh dan menjawab salam Pak AR dengan lengkap. Singkat cerita Pak AR pun dipersilakan untuk berdakwah di desa tersebut.

 

Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak disebut beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian melakukannya, kalian pasti saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

 

KH. Mas Mansur berkata, “Sifat mahabbah ini haruslah ditanamkan di kalangan kita, agar kebahagiaan masyarakat dan persatuan dapat tercapai, sempurna dan berbuah. Setengah daripada jalan yang menguatkan mahabbah itu ialah “ifsyakussalam”, memberi salam kepada orang lain. Kedua sunnah inilah ia harus dipimpinkan benar-benar dan diamalkan dalam kalangan kita, tidak boleh tidak.” (Tafsir Langkah hlm. 42)

 

Budi pekerti yang baik kepada sesama manusia, apalagi kepada sesama muslim adalah salah satu kunci menuju surga. Lurusnya aqidah dan rajinnya ibadah seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika tidak dilengkapi dengan baiknya hubungan dengan sesama manusia. Karena bentuk ibadah itu tidak hanya shalat dan puasa saja, tetapi berkata jujur, saling menghargai, rendah hati, sopan santun, saling menolong, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sesama makhluk Allah SWT juga termasuk ibadah. Wallahu a’lam

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah Tabligh edisi No. 12/XVII Rabiul Akhir 1441 H/15 Desember 2019-15 Januari 2020

Muhammad Fauzan Terpilih Sebagai Ketua IPM Ranting SMP Imam Syuhodo


Sukoharjo - Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo menggelar Musyawarah Ranting (Musyran) I di komplek sekolah setempat, Jumat (13/12/2019). Musyran diikuti seluruh siswa SMP Imam Syuhodo.

Hadir dalam Musyran tersebut Kepala SMP Imam Syuhodo, segenap asatidzah dan perwakilan dari PC IPM Blimbing. Karena Musyran di SMP Imam Syuhodo baru diselenggarakan pertama kali, agenda utamanya adalah pemilihan formatur, yang selanjutnya memilih ketua dan sekretaris.


Dari 17 calon formatur, terpilih 7 nama sebagai formatur yang bertugas menyusun pengurus lengkap. 7 formatur terpilih yaitu: Muhammad Fauzan, Debby Noviana Putri, Naufal Hasya Musyafa, Adiningrun Dwi Nugraheni, Windy Triana Marda, Ilham Firmansyah Putra Sadam dan Muhammad Farel Febrian Akbar.

Setelah terpilih, ketujuh formatur tersebut melaksanakan musyawarah secara tertutup dipandu oleh perwakilan PC IPM Blimbing. Dari rapat formatur disepakati untuk memilih Muhammad Fauzan dan Deby Noviana Putri masing-masing sebagai ketua dan sekretaris PR IPM SMP Imam Syuhodo periode 2019/2020.


Ketua terpilih Muhammad Fauzan dalam sekapur sirih menyampaikan ucapan terimakasih kepada segenap peserta musyran. Dirinya berharap dapat bersama-sama memajukan sekolah melalui IPM.

"Semoga kita semua dapat bersama-sama memajukan IPM Ranting SMP Imam Syuhodo," katanya.

Setelah musyran, PC IPM Blimbing akan terus membimbing ranting baru di SMP Imam Syuhodo agar dapat menjalankan organisasi dengan baik. Mulai dari pembentukan pengurus lengkap, penyusunan program kerja dan sebagainya.

Penerimaan Santri Baru SMP Imam Syuhodo TP 2020/2021 Segera Dibuka


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segera dibuka Pendaftaran Santri Baru SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo
tahun pelajaran 2020/2021

Segera daftarkan Putra Putri Anda di SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, karena kuota terbatas.

PROGRAM YANG DIKELOLA:
Fullday School 5 hari masuk

WAKTU PENDAFTARAN:
GELOMBANG I
Pendaftaran: 2-17 Januari 2020
Observasi: 18 Januari 2020
Pengumuman: 21 Januari 2020
Daftar Ulang: 22-31 Januari 2020

GELOMBANG II
Pendaftaran: 13-24 April 2020
Observasi: 25 April 2020
Pengumuman: 28 April 2020
Daftar Ulang: 29 April-8 Mei 2020

PERSYARATAN PENDAFTARAN
- Membayar administrasi Rp. 300.000,-
- Mengisi dan mengumpulkan formulir pendaftaran
- FC Kartu Keluarga (3 lembar)
- FC Akta Kelahiran (3 lembar)
- FC NISN (3 lembar)
- FC raport SD/MI 2 semester akhir (2 lembar)
- Pas Foto 3 X 4 hitam putih (4 lembar)
- Surat keterangan Kepala Sekolah (untuk peringkat 1, 2 dan 3)
- Mengikuti observasi calon santri baru

TEMPAT PENDAFTARAN:
Komplek SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Jalan H. Muslih Wonorejo Polokarto Sukoharjo 57555 Phone (0271) 6715840

Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi:
Ust. M. Nasri Dini, S.Pd.I (0856 4218 1128) | Ust. M. Fatkhul Hajri, S.Pd (0856 4243 5696) | Ust. Andika Rahmawan (0856 4212 1073)

Atau kunjungi akun media sosial kami:
Instagram: https://www.instagram.com/smpmu.imamsyuhodo/
Facebook : https://www.facebook.com/smpmu.imamsyuhodo/

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Langkah Muhammadiyah 2: Memperluas Pemahaman Agama


Muhammad Nasri Dini

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pada Majalah Tabligh edisi No. 10/XVII rubrik Sajian Khusus hadir dengan pembahasan baru, yakni serial Tafsir 12 Langkah Muhammadiyah. Salah satu khittah perjuangan Muhammadiyah yang dicetuskan di era KH. Mas Mansur. Serial diawali dengan tulisan berjudul “Iman Sebagai Dasar Langkah”. Pada edisi kali ini, penulis akan mencoba mengupas poin kedua dari 12 Langkah Muhammadiyah, yaitu “Memperluas Paham Agama”.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As Sunnah. Dalam memahami agama Muhammadiyah tidak menyandarkan diri pada mazhab tertentu yang ada dalam khazanah Islam, baik dalam masalah aqidah maupun fiqhiyah, termasuk dalam tarekat. Meskipun secara garis besar Muhammadiyah termasuk dalam gerbong ahlus sunnah wal jama’ah.

Muhammadiyah mendakwahkan aqidah tauhid agar masyarakat dan umat terbebas dari segala macam kesyirikan dan mendakwahkan sunnah (dalam artian hal-hal yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW) agar masyarakat terbebas dari bid’ah dan taqlid buta yang membelenggu mereka. Selain itu, Muhammadiyah juga berjuang untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan yang paling besar, yaitu bodoh dan miskin dalam ilmu syariat, yang ujung-ujungnya juga akan terjerumus ke dalam perilaku syirik, takhayul, bid’ah, khurafat dan taklid buta.

Kalau kita selami kembali perjalanan KH. Ahmad Dahlan dalam menuntut ilmu, salah satu yang paling beliau tekankan adalah purifikasi. Takhayul, bid’ah, khurafat dan syirik adalah yang pertama beliau berantas dari masyarakat saat itu. Pengembaraan KH. Ahmad Dahlan dalam menuntut ilmu juga ke negeri yang getol dalam memberantas syirik dan menegakkan tauhid, yaitu tanah Haramain. Beberapa bulan setelah pernikahannya dengan Siti Walidah beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah dan sekaligus menuntut ilmu di sana. Semangat purifikasi Islam beliau dapatkan dari ulama-ulama puritan di antaranya dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dan sebagainya. Dalam hal ilmu-ilmu keislaman tradisional, di tanah haram beliau juga dikisahkan bersilaturahmi dan mendalaminya di antaranya dengan ulama-ulama seperti Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz Termas, Imam Nawawi Al Bantani dan banyak ulama lainnya di Masjidil Haram.

Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut nadi gerakan. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.

Di antara maksud tajdid dalam arti pemurnian (purifikasi) adalah untuk memelihara matan (teks) ajaran Islam yang murni, baik dari Al-Qur’an maupun As Sunnah Ash Shahihah yang sudah lebih dulu dirawat oleh para ulama pendahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in (salafush shalih). KH. Ahmad Siddiq, seorang tokoh Nahdhatul Ulama (NU) dari Malang sebagaimana dikutip dalam buku “Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam” menjelaskan bahwa makna tajdid dalam arti pemurnian ini setidaknya menyasar kepada tiga aspek, yaitu: (a) i’adah atau pemulihan, yaitu membersihkan ajaran Islam yang tidak murni lagi; (b) Ibanah atau memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh ahlinya (ulama- pen), mana yang sunnah dan mana pula yang bid’ah; dan (c) Ihya’ atau menghidup-hidupkan; yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam yang belum terlaksana atau terbengkalai.

Dalam hal pemahaman ibadah fiqhiyyah, Muhammadiyah tidak mengikat diri dalam suatu mazhab fiqih tertentu, tetapi menyeru masyarakat untuk mengembalikan semua ibadah mahdhah kepada teks-teks Al-Qur’an dan Al Hadits. Meskipun dalam perkembangannya Muhammadiyah tidak menolak modernisasi dalam hal sarana ibadah. Penggunaan pengeras suara dalam azan dan shalat, perjalanan ke tempat ibadah dengan menggunakan kendaraan modern, adalah beberapa di antara contohnya. Termasuk penggunaan ilmu astronomi modern untuk menentukan awal bulan qamariyah/hijriyah adalah semangat modernisasi Muhammadiyah dalam hal ibadah. Dalam hal sarana ibadah ini Muhammadiyah tidak menyebut sebagai bid’ah. Karena bid’ah adalah pada inti ibadah, bukan pada sarananya.

Tentang bid’ah ini, Allah SWT telah menyempurnakan Islam sebelum diwafatkannya Rasulullah SAW, sehingga tidak pantas bagi umatnya untuk menambah apa-apa yang tidak dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman: “...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (QS. Al Ma’idah [5]: 3)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang bukan urusan agama kami (tidak ada contohnya dari kami), maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Dari perilaku bid’ah ini setidaknya akan kita dapati dua konsekuensi berat darinya. Pertama, seakan-akan ia (pelaku bid’ah) lebih pintar daripada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menegaskan bahwa agama Islam ini telah sempurna (sebagaimana QS. Al Maidah ayat 3 di atas), tetapi masih pula ditambah-tambah. Padahal tidak ada yang kurang sedikitpun dari ajaran Islam itu sehingga memerlukan tambahan. Kedua, seolah-olah ia (pelaku bid’ah) menuduh Rasulullah SAW telah menyembunyikan sebagian ajaran Islam dengan tidak menyampaikan perbuatan bid’ah yang dianggap baik tersebut kepada umatnya.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pror. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, M.A dalam beberapa kesempatan sering mengatakan bahwa manhaj Muhammadiyah adalah prinsip agama Muhammadiyah dalam mengaktualisasikan Islam. Bahwa manhaj Muhammadiyah memiliki dua pengertian yakni, salafiyah dan tajdidiyah.

Menurut Buya Yunahar, Muhammadiyah dari segi akidah adalah salafiyah yang tidak berafiliasi dengan aliran manapun. Dari segi fikihnya, Muhammadiyah bukan oraganisasi yang berorientasi fikih mazhabi tetapi fikih manhaji. Paham agama dalam Muhammadiyah bersifat independen, komprehensif, dan integratif. Namun Muhammadiyah sama sekali tidak anti terhadap aliran teologi, mazhab dan tasawuf tertentu.

Dalam hal akhlak, Muhammadiyah tidak pernah mengikuti aliran tasawuf tertentu, tapi tidak pula mengatakan bahwa tasawuf itu sesat. Menurut Buya Yunahar Muhammadiyah memakai istilah ihsan, yakni, engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, seandainya engkau tidak melihat-Nya, maka Allah melihatmu.

Dalam khazanah tokoh Muhammadiyah juga akan dijumpai tokoh-tokoh dengan wajah-wajah yang disebut kental dengan tasawuf, yakni mereka yang ketaatan serta kehidupan spiritualitasnya cukup intens. Seperti KH. AR Fakhrudin dan Buya Hamka. Masyitoh Chusnan pada tulisan berjudul “Meneropong Wajah Tasawuf Dalam Muhammadiyah” yang dimuat dalam website resmi Muhammadiyah menyebutkan, tema-tema majelis halaqah, tabligh, pengajian, kuliah, khutbah, ataupun tulisan-tulisan KH. AR Fakhrudin yang tersebar dalam brosur dan majalah-majalah intern persyarikatan Muhammadiyah, memang tidak mengangkat tema yang secara eksplisit tentang tasawuf, seperti tokoh lain dalam Muhammadiyah, yaitu Buya HAMKA, namun sarat dengan pelajaran akhlaq yang dekat dengan wilayah tasawuf, yaitu tasawuf akhlaqi. Sementara karya-karya HAMKA di bidang Tasawuf, lebih bersifat universal dan ditujukan untuk khalayak pembaca yang beragam. Karya-karyanya antara lain: Tasawuf Modern; Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya; Renungan Tasawuf; Lembaga Budi dan Falsafah Budi

Secara singkat dapat disimpulkan, dalam memperluas paham agama ini Muhammadiyah melakukan setidaknya dua hal, yakni purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang). Sementara tajdid (dinaminasi atau modernisasi) dilakukan dalam hal urusan muamalah keduniawian. Sehingga ajaran Islam dapat diaplikasikan secara aktual dan fungsional.

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Khusus Majalah Tabligh edisi No. 11/XVII Rabiul Awal 1441H/15 November - 15 Desember 2019

Langkah Muhammadiyah 1: Memperdalam Masuknya Iman

  

Langkah Muhammadiyah 1: Memperdalam Masuknya Iman

 

“Hendaklah iman itu ditablighkan dengan seluas-luasnya dan diberi riwayat, serta dalil buktinya. Iman perlu dipengaruhkan dan digembirakan sampai ke darah daging hingga masuk ke dalam tulang sumsum dan di hati sanubari, serta kepada seluruh warga Muhammadiyah.” (Tafsir Langkah Muhammadiyah 1)

Allah berfirman,

قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat[49]: 14)

 

Dari Ibnu ‘Abbās ra., bahwa Rasulullah ketika mengutus Mu‘ādz ke negeri Yaman, beliau bersabda:

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ، وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab. Maka hendaklah yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka menyembah Allah ‘Azza wa Jalla. Apabila mereka telah mengenal Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Apabila mereka telah melaksanakan hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Apabila mereka telah menaati hal itu, maka ambillah zakat dari mereka, dan jauhilah (jangan mengambil) harta-harta mereka yang paling berharga.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

 

Ibadah adalah suatu nama yang mencakup segala hal yang dicintai Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, seperti berdoa, shalat, menyembelih (kurban), dan selainnya.

Agar ikhtiyar (usaha) menjadi ibadah, maka harus dilandasi oleh iman, dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, dan ditempuh dengan cara yang benar sesuai tuntunan syariat. Dengan demikian, setiap upaya manusia, baik dalam bekerja, belajar, maupun berjuang, akan bernilai ibadah di sisi Allah, selama niatnya lurus dan tindakannya benar.

Iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Iman itu bertambah dan berkurang, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Allah berfirman,

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ

“Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira.” (QS. At Taubah [9]: 124)

 

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)

 

Dari Ibnu Syihab, ia berkata: Aku mendengar Abu Salamah bin Abdurrahman dan Sa‘id bin al-Musayyab berkata, Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:

لاَ يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan ia beriman, dan tidaklah seorang pencuri mencuri dalam keadaan ia beriman, dan tidaklah seorang yang meminum khamar meminumnya dalam keadaan ia beriman.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

 

Iman Sebagai Dasar Langkah

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang menerjemahkan dirinya dengan nama gerakan Islam, gerakan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar. Hal ini dikukuhkan dengan jelas dan tegas pada anggaran dasar persyarikatan ketika berbicara tentang identitas Muhammadiyah dengan menyebutkan bahwa identitas persyarikatan ini adalah “Gerakan Islam, Da'wah Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.” Sedangkan asas Muhammadiyah bahwa persyarikatan ini berasaskan Islam.

Lalu apa tujuan persyarikatan ini? Dengan tegas dan jelas, maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Iya. Sehingga wujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Jelas dan tidak membutuhkan penafsiran lebih untuk memahami tujuan dari persyarikatan ini walaupun ada dua hal yang harus digaris bawahi: pertama, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
Kedua, dengan penegakkan agama Islam maka terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yaitu Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Selama perjalanannya hingga berusia satu abad lebih, persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah – dan bertepatan tanggal 18 November 1912 Miladiyah – di Yogyakarta ini tetap konsisten di atas khittah-nya. Khittah dalam arti garis besar (pemikiran) perjuangannya. Khittah dalam arti konsepsi perjuangan yang menjadi tuntunan, pedoman dan arah perjuangnya.

Identitas, asas, maksud dan tujuan di atas termaktub dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Muhammadiyah sebagai khittah yang harus dipatuhi seluruh kadernya. Tentu hal-hal yang digariskan di atas memiliki arti penting karena menjadi landasan berpikir dan bergerak untuk semua anggota dan pimpinan persyarikatan Muhammadiyah. Garis perjuangan anggota dan pimpinan tidak boleh menyalahi atau bertentangan dengan asas serta tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Apalagi hal ini telah terdokumentkan dengan jelas dan rapi.

Untuk kelangsungan persyarikatan Muhammadiyah ke depan, Muhammadiyah mempunyai landasan sebagai pedoman dalam menjalankan persyarikatan yang disebut sebagai landasan operasional Muhammadiyah. Landasan operasionalnya ini dikenal sebagai khittah perjuangan Muhammadiyah yang terbagi menjadi beberapa bagian di antaranya adalah tafsir 12 langkah Muhammadiyah.

Dari periode ke periode, dari kepemimpinan ke kepemimpinan selanjutnya, dinamika perpolitikan selalu dilalui Muhammadiyah dengan berbagai suka-cita. Bunyi khittah itu tentu menggambarkan situasi Muhammadiyah ketika itu. Sasaran yang hendak dicapai khittah yang dikeluarkan pada umumnya bersifat pembinaan dan bimbingan bagi pemimpin maupun anggota Muhammadiyah dalam melangsungkan tujuan persyarikatan dalam menghadapi berbagai dinamika bangsa dan negara.

 

Memperdalam Iman dalam Mengabdi di Persyarikatan Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan – diriwayatkan – selalu mengajarkan Surat Wal ‘Ashri dan Al Ma‘un. Menurut Kyai Djazuli, KH. Ahmad Dahlan mengajarkan Wal ‘Ashri itu cukup lama, lebih lama dari ketika mengajarkan Al Ma‘un yang sampai sekitar 3 bulan. Beliau mengajarkan Wal ‘Ashri di mana-mana, dan selalu diulang-ulang kepada murid-muridnya. Beliau mengulang-ulang surat itu supaya murid-muridnya mengamalkannya, bukan hanya menghapalkan. KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa waktu sangat penting. Dalam waktu lah terjadi kebaikan (amal saleh) dan dalam waktu terjadi keburukan (amal salah, amal sayyiat). Karena itulah KHA Dahlan mengajarkan Wal ‘Ashri di mana-mana dan diulang-ulang.

Tentu tujuan KH. Ahmad Dahlan mengajarkan Wal ‘Ashri adalah agar murid-muridnya dapat menghayati dan mengamalkan kandungan dari Wal ‘Ashri:

Pertama, agar murid-muridnya mempunyai pandangan bahwa semua waktu itu baik, tergantung bagaimana cara menyikapi dan menggunakannya.

Kedua, agar murid-muridnya dengan dasar keimanan yang kuat suka mengisi waktu dengan melakukan amal shalih (amal kebajikan).

Ketiga, agar murid-muridnya meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak suka ngrasani (menggunjing) dan saling mencela. Tetapi mengisi waktu dengan amal-amal saleh, yaitu amalan yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan.

Keempat, agar murid-muridnya suka saling tawāshau bil-haqq (saling mengingatkan tentang kebenaran) dengan cara yang baik, meluruskan dan menyampaikan kritik/koreksi dalam ruh Islam (al-haq), sabar bila melihat/mengetahui temannya berbuat keliru atau salah.

Ketika KH. Ahmad Dahlan wafat pengajian itu diasuh sendiri oleh Nyai Dahlan di bawah bimbingan ketua-ketua Muhammadiyah KH. Ibrahim, KH. Hisyam, KH. Mas Mansur dan dijadikan bagian kegiatan Aisyiyah. Sehingga di Aisyiyah ada Bagian Wal ‘Ashri. Setelah itu pembina/pengasuh pengajian Wal ‘Ashri diteruskan oleh Ki Bagus Hadikusumo, Buya AR Sutan Mansur, KH. Yunus Anis, KH. Ahmad Badawi, AR Fakhruddin dan terakhir HA Azhar Basyir MA. Di masa KH. Ahmad Badawi, AR Fakhruddin dan HA Azhar Basyir MA, pengajian Wal ‘Ashri ini kemudian dikenal sebagai pengajian Kemisan, karena dilaksanakan pada hari Kamis sore. Pesertanya juga sudah tidak lagi buruh-buruh, tetapi siapa saja yang berminat.

Apa yang ditanamkan KH. Ahmad Dahlan adalah upaya mengajarkan dan menanamkan ruhiyah atau sprit perjuangan adalah iman kepada Allah yang Maha Esa. Iman adalah landasan dalam melangkah, bekerja, dan berjuang; bukan sebaliknya apalagi keuntungan duniawi yang tak seberapa. Hal inilah yang dikukuhkan lagi oleh KH. Mas Manshur dalam 12 langkahnya, “Hendaklah iman ditablighkan, disiarkan seluas-luasnya, diberika Riwayat dan dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan hingga iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati sanubari pada anggota Muhammadiyah semuanya”.

Apa yang telah dimulai oleh KH. Ahmad Dahlan adalah suatu langkah yang kokoh melandasi dasar perjuangan dengan iman. Lalu landasan yang kokoh ini dikukuhkan ulang oleh KH. Mas Mansur dalam bentuk kebijakan iman harus ditablighkan seluas-luasnya agar iman itu mendarah daging dan masuk ke dalam tulang sumsum.

Apa yang telah dimulai oleh KH. Ahmad Dahlan adalah suatu langkah yang kokoh yang melandasi dasar perjuangan dengan iman. Lalu landasan yang kokoh ini dikukuhkan ulang oleh KH. Mas Mansur dalam bentuk kebijakan iman harus ditablighkan seluas-luasnya agar iman itu mendarah daging dan masuk ke dalam tulang sumsum. Langkah yang diambil KH. Mas Mansur sejatinya adalah desakan Angkatan Muda Muhammadiyah yang melihat persyarikatan hanya fokus dengan dunia pendidikan dan lalai serta lengah dengan dunia tabligh dan dakwah. Hari ini kenyataan lalu seolah memiliki ruang yang nyata dengan hari ini, ketika semua pimpinan Muhammadiyah mulai dari tingkat ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pusat hanya sibuk dengan dunia pendidikan dan Amal Usaha, sudah selayaknya semangat 12 langkah KH. Mas Mansur mendapatkan ruang dan perhatian. Semoga persyarikatan Muhammadiyah dapat kembali ke khittahnya sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, karena sejatinya persyarikatan Muhammadiyah bukan LSM.