Oleh: Dr. Haedar Nashir, M.Si
Ketua Umum PP Muhammadiyah
Tawuran pelajar yang menyebabkan korban tewas dan berulang kali
terjadi merupakan masalah yang serius bagi dunia pendidikan pada
khususnya dan kehidupan bangsa pada umumnya. Belum termasuk
masalah-masalah lainnya seperti buyling, pelajar yang stress
atau ziarah ke kuburan yang dikeramatkan ketika menghadapi ujian
nasional, menyontek waktu ujian, terlibat adegan pornografi, hingga
melakukan hubungan seks bebas. Penyimpangan perilaku seperti itu tidak
dapat disalahkan pada komunitas pelajar belaka, tetapi juga lingkungan
dan sistem kehidupan berbangsa secara keseluruhan.
Dengan
tetap menghargai dan memberi nilai positif atas segala
prestasi siswa-siswa Indonesia baik di dalam negeri maupun kancah
internasional, plus ribuan mereka yang berakhlak mulia dan berkiprah
positif dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Di balik
sejumlah masalah yang menimpa pelajar Indonesia tersebut terbersit
pertanyaan kritis, ada apa dengan dunia pendidikan dan kehidupan bangsa
ini? Bagaimana memberi solusi bagi komunitas pelajar yang bermasalah?
Sejauhmana pembentukan akhlak agau karakter dalam kehidupan pelajar
sehingga terbentuk jiwa yang religius sekaligus cerdas? Muhammadiyah
penting untuk merespons dan menawarkan jalan keluar yang sistemik.
Kualitas Pelajar
Pelajar merupakan komunitas sosial yang sangat penting dalam
kehidupan bangsa. Pelajar merupakan tunas bangsa. Dalam dunia aktivis
pelajar dikenal adagium, “student now, leader tomorrow”, pelajar hari
ini adalah pemimpin di hari esok. Pelajar sebagai komunitas pembelajar
merupakan calon pemimpin masyarakat atau bangsa yang berbasis pada
kekuatan ilmu dan intelektualitas. Sehingga lahir para pemimpin yang
cerdas secara intelektual, spiritual, emosional, dan sosial.
Karenanya pendidikan formal dan bentuk pendidikan apapun untuk
pelajar semestinya bersifat holistik atau menyeluruh. Pelajar tidak
cukup hanya dikembangkan potensi inetelektual dan keahliannya secara
parsial. Pelajar juga harus dikembangkan potensi iman dan taqwanya, yang
membentuk kepribadian dan cara bertindak yang berwatak akhlak al-karimah. Cerdas pikir dan cerdas psikomotor harus disertai dengan cerdas emosi
dan cerdas spiritual disertai cerdas sosial, sehingga tumbuhkembang
sosok-sosok manusia Indonesia yang utuh.
Pelajar Indonesia dituntut berpikir cerdas dalam makna luas yaitu
memiliki kemampuan ilmu, penguasaan teknologi, daya analitik, kreatif,
inovatif, profesional, dan berwawasan luas sehingga menjadi sosok
intelektual yang lengkap atau mumpuni. Kualitas intelektual
yang multiaspek tersebut disertai dengan kualitas iman dan taqwa yang
tercermin dalam perilaku dan sikap relijius secara multiaspek seperti
berjiwa tauhid, pandai bersyukur, jujur, amanah, sabar, dan sifat-sifat
akhlak yang baik lainnya. Pelajar juga ditntut untuk memiliki jiwa
sosial yang baik seperti kasih sayang, tolong menolong, simpati,
empati, dan beramal kebajikan untuk kehidupan sesama.
Dalam situasi ketika dunia pelajar dihadapkan pada sejumlah masalah
seperti perkelahian dan kekerasan sebagaimana diulas di awal tulisan,
maka betapa penting dan benar pandangan tentang profil dan kualitas
pelajar yang utuh. Pelajar yang memiliki kecerdasan spiritual,
intelektual, emosional, dan sosial merupakan kualitas yang utuh dan ideal
bagi masa depan bangsa. Bukan pelajar yang berkualitas satu dimensi,
yakni cerdas intelektual dan psikomotornya, namun kerdil spiritual,
emosional, dan sosialnya. Begitu sebaliknya, bukan hanya pelajar yang
kaya spiritual, emosional, dan sosialmya tetapi tidak berkembang
kualitas intelektual dan profesionalitasnya. Elemen-elemen mendasar itu
harus menyatu dalam diri pelajar Indonesia.
Bangsa Indonesia yang masih dililit korupsi sistemik sungguh
memerlukan potensi anak bangsa yang cerdas dan relijius, yang basis
dirinya dibangun di atas kecerdasan spiritual, emosional, intelektual,
dan sosial. Penyakit kronis korupsi selain karena kerapuhan sistem,
tidak kalah penting karena faktor manusianya. Manusia yang rakus, lemah
mental atau karakter, tidak bertanggungjawab, tidak jujur, tidak amanah,
ajimumpung, toleran terhadap penyimpangan, dan suka menghalalkan segala
cara demi mencapai tujuan pribadi.
Jika pelajar sebagai elemen belia dari generasi muda Indonesia
memiliki karakter cerdas dan relijius yang berbasis pada akhlak mulia
yang kokoh selain cerdas dan kreatif, maka setelah menjadi pejabat atau
pemimpin tentu tidak akan menjadi korupor. Sebaliknya kalau pelajarnya
suka tawuran, menyontek, dan menyimpang dari norma serta nilai agama
maupun moral kebajikan umum maka di kemudian hari akan menjadi elite dan
pemimpin korup, baik korupsi uang negara maupun kekuasaaan.
Pelajar Muhammadiyah
Pelajar Muhammadiyah, dalam hal ini Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM), memiliki peran strategis untuk menjadikan pelajar Indonesia
memiliki kualitas yang utuh sekaligus menjadi generasi bangsa yang
berkualitas unggul. Tujuan IPM ialah “Terbentuknya pelajar muslim yang
berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarntya.” Melalui IPM dapat dioptimalkan proses
pembudayaan pelajar untuk menjadi sosok yang cerdas dan reilijus,
sekaligus menjadi calon elite pencerah di Republik ini. IPM merupakan
wahana pembelajaran bagi para siswa Muhammadiyah untuk membina diri
dalam hidup yang cinta ilmu, jujur, disiplin, tanggungjawab, mandiri,
berjiwa wirausaha, dan sikap positif lainnya sehingga memiliki
keunggulan untuk menjadi kader Persyarikatan, umat, dan bangsa.
Pembentukan sosok manusia terpelajar yang cerdas dan relijius dalam
Muhammadiyah selain melalui IPM secara insitusional bahkan merupakan
bagian tak terpisahkan dari fungsi lembaga pendidikan Muhammaiyah.
yaitu: (1) berkembangnya potensi manusia yang berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, beriman, dan bertaqwa kepada Allah, sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; (2) terwujudnya
kemampuan penciptaan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang terintegrasi dengan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT; dan (3) terbinanya Keislaman dan Kemuhammadiyahan di
lingkungan pendidikan Muhammadiyah (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010). Dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah tahun 2005, yang berkaitan dengan usaha di bidang pendidikan ialah (1) Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; dan (2)
Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005: 134).
Dalam dunia pendidikan, kiprah Muhammadiyah ialah memelopori lahirnya
sistem pendidikan modern untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Muhammadiyah sejak awal berdirinya antara lain melakukan gerakan
“reformulasi ajaran dan pendidikan Islam”. Gagasan pendidikan yang
dirintis Kyai Dahlan dimulai ketika pendiri Muhammadiyah itu merintis Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah,
yang didirikannya pada 1 Desember 1911 (Darban, 2000: 13). Madrasah
tersebut pada hakikatnya ialah “Sekolah Muhammadiyah” sebagai “Sekolah
modern”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau
seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di
dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan
papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga
diajarkan ilmu-ilmu umum (Hadikusuma, t.t: 64).
Kepeloporan Muhammadiyah dalam pembaruan pendidikan ialah
menyelenggarakan pendidikan yang bersifat holistik. Pendidikan
Muhammadiyah sejak awal merupakan pendidikan Islam yang memadukan
pendidikan agama dan umum dalam berbagai ranahnya baik yang berdimensi
ruhaniah atau spiritualitas, intelektualitas, maupun kemampuan-kemampuan
keahlian dalam diri manusia. Pendidikan juga melibatkan lembaga sekolah
atau lembaga formal, keluarga, dan masyarakat sebagai satu kesatuan
institusional. Dalam pandangan Kuntowijoyo (1985: 37), pendidikan
Muhammadiyah sebagaimana digagas Kyai Dahlan, mampu mengintegrasikan
antara iman dan kemajuan, yang melahirkan generasi muslim terpelajar
yang kuat iman dan kepribadiannya sekaligus mampu menghadapi tantangan
zaman. Pendidikan Muhammadiyah melahirkan elite sosial baru berupa kelas
menengah yang tersebar di berbagai struktur kehidupan nasional.
Dari spirit pendidikan Muhammadiyah yang mendasar itu maka gerakan
Islam ini mampu memberikan sumbangsih yang berharga bagi kemajuan umat,
bangsa, dan dunia kemanusiaan. Sumbangsih Muhammadiyah di bidang
pendidikan diakui masyarakat luas dan pemerintah pada setiap periode
zaman, bahkan ketika Indonesia masih dalam penjajahan. Di seluruh
peolosok Tanah Air hingga ke daerah-daerah terpencil, Muhammadiyah
merintis dan memperluas penyelenggaraan pendidikan dari PAUD dan TK
ABA, Madrasah dan Pondok Pesantren, serta Sekolah Dasar sampai
Perguruan Timggi sebagai wujud pengkhidmatan kepada bangsa.
Karenanya pendidikan Muhammadiyah saat ini penting untuk merespons
persoalan-persoalan krusial yang dihadapi dunia pelajar, sebagai bagian
tidak terpisahkan dari dunia pendidikan sekaligus persoalan kebangsaan
yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya secara menyeluruh. Lembaga
pendidikan Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah penting untuk
responsif atas pesoalan-pesoalan dunia pelajar yang bersifat aktual untuk
memberi kontribusi dan solusi yang membawa pada pencerahan dan
penceradasan kehidupan bangsa. Ini agenda strategis yang mesti menjadi
komitmen gerakan Muhammadiyah kini dan ke depan.
Sumber: www.suaramuhammadiyah.id
Sumber: www.suaramuhammadiyah.id
Tidak ada komentar: