Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Khutbah Jumat: Wajib Menjaga Sesama Muslim


Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan takwa yang sebenar-benar takwa. Karena dengannya, kita akan bertemu Allah SWT dengan sebaik-baik pertemuan. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang istiqamah meniti jalan lurus yang beliau tuntunkan.

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Beberapa waktu lalu kita disuguhkan dengan kebrutalan berseragam penguasa. Di mana ada enam orang muslim, tanpa alasan yang jelas, tanpa ada ketok palu putusan hakim dalam persidangan, dibunuh dengan semena-mena. Meskipun bisa jadi enam orang tersebut bukan keluarga kita, bukan tetangga kita, bukan pula teman kita, dan kita tidak mengenalnya secara langsung, bukan juga satu orgaisasi dengan kita, tapi kita patut prihatin dan bersedih dengan kematian mereka. Karena yang kita ketahui mereka juga adalah orang muslim. Di kalangan komunitasnya, bahkan mereka termasuk orang-orang yang dikenal sebagai pejuang.

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Saat kita menengok kembali lembaran sirah nabawiyah, menjelang diwafatkannya Rasulullah SAW oleh Allah SWT. Pada peristiwa Haji Wada’ beliau pernah berpesan dengan pesan yang sangat penting untuk kita telaah kembali pada akhir zaman ini. Bahwa setelah beliau menekankan kembali tentang masalah ketauhidan dan masalah keikhlasan, perkara besar yang beliau pesankan dan tekankan adalah tentang penjagaan terhadap hak-hak sesama muslim. Juga peringatan keras beliau terhadap pelanggaran hak-hak sesama muslim. Baik itu hak-hak yang berkaitan dengan darah, harta dan kehormatan seorang muslim.

 

Rasulullah SAW bersabda,

 

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ

 

“Sungguh, darah, harta, dan kehormatan kalian adalah suci seperti sucinya hari ini (hari Arafah), seperti sucinya bulan ini (bulan Dzulhijjah), dan seperti sucinya negeri ini (Makkah), hingga hari kalian bertemu Rabb kalian.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Selayaknya bagi setiap orang yang mengaku sebagai muslim, dalam posisi apapun dia, pejabat atau rakyat biasa, aparat atau hanya masyarakat, untuk dapat merenungi pesan dalam khutbah Rasulullah SAW tersebut. Di mana di dalam khutbah ketika Haji Wada’ tersebut terdapat nasihat-nasihat beliau yang agung. Sehingga kita akan menemukan bahwa beliau sangat menekankan pada perkara ini dan betul-betul memperhatikan terhadap hal ini.

 

Dalam pesan Rasulullah SAW ini, ada tiga hal yang harus dijaga dari sesama muslim, yaitu: pertama: haramnya darah. Dalam penjelasan Nabi SAW yang agung mengenai mulianya darah seorang muslim, terdapat larangan keras dari Nabi SAW terhadap pembunuhan jiwa yang Allah SWT haramkan untuk membunuhnya kecuali dengan hak. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” (QS. Al-Isra’[17]: 33)

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Menumpahkan darah kaum muslimin hanya diperbolehkan karena qisas, hukum rajam bagi pelaku zina yang sudah menikah, atau karena seseorang keluar dari agama Islam (murtad). Tentunya semua ini dilakukan setelah adanya putusan yang mengikat dari hakim dan tidak dilakukan dengan semena-mena tanpa alasan yang jelas. Allah SWT berfirman, Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QSAl-Maidah [5]: 32)

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Kedua, haramnya harta. Haramnya harta seorang muslim ini bahkan jika ada orang yang hendak merampas harta yang kita miliki, maka harus kita pertahankan dengan sekuat tenaga. Rasulullah SAW bersabda,

 

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

Siapa yang dibunuh karena membela hartanya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela darahnya atau karena membela agamanya, ia syahid.” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i)

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Ketiga, haramnya kehormatan. Jika dia seorang muslim, maka wajib untuk kita jaga kehormatannya. Termasuk dari menjaga kehormatan seorang muslim adalah dengan cara menyembunyikan kesalahan atau aib yang dia miliki. Allah SWT berfirman, “Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kalian menggunjing sebahagian yang lain.” (QS. Yusuf [12]: 87)

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah...

Hendaknya kita selalu memperhatikan tiga perkara yang agung ini dan menjaganya dengan penjagaan yang sungguh-sungguh. Takutlah kita jika bertemu Allah SWT di akhirat nanti dalam keadaan bersimbah dosa karena perbuatan melanggar darah seorang muslim atau kehormatannya, juga hartanya. Karena perkara tersebut tidaklah ringan. Allah SWT berfirman,

 

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

 

Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 93)

 

Semoga Allah SWT menyelamatkan dan menjaga kita dari segala keburukan di dunia dan di akhirat.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

 رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ.

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Khutbah Jumat: Pegawai dan Majikan dalam Islam


Muhammad Nasri Dini

 

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Membuka khutbah Jumat siang ini, marilah kalimat syukur dan lafal Alhamdulillah selalu menjadi pembuka perjumpaan kita ini, karena semua tak akan mungkin bisa kita jalani tanpa adanya nikmat Allah SwT yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat dan salam semoga selalu Allah SwT limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, teladan sempurna umat manusia di segala tempat dan zaman.

Selanjutnya khatib tak pernah jemu menasihatkan kepada diri khatib pribadi maupun kepada jamaah Jumat sekalian agar selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT dengan keimanan dan ketakwaan yang sesungguhnya. Allah SwT berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 197)


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Allah SwT berfirman,

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ. الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ. وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” [QS. Al Mutaffifin (83): 1-3]

 

Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam tafsirnya menerangkan bahwa, “Jika engkau ingin agar hakmu dipenuhi secara sempurna, maka wajib pula memenuhi hak-hak manusia secara sempurna.” Artinya, jika orang hanya bersemangat dalam menuntut hak, namun melalaikan kewajibannya, maka dia termasuk orang yang curang seperti disebutkan di ayat ini. Celaka dan azablah yang akan didapat pada hari kiamat bagi siapa yang berlaku curang dalam takaran dan timbangan, yang mereka licik dalam memberikan hak-hak manusia.

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Dikisahkan, seorang lelaki mengadu kepada Imam Asy Syafi’i rahimahullah. Bahwa gajinya cukup besar, 5 dirham sehari. Tapi rasanya hidupnya sempit sekali, uang selalu kurang dan istrinya tak henti mengeluh dan marah-marah. Anak-anaknya pun susah diatur dan membantah jika dinasihati. Lelaki ini pun meminta bimbingan Sang Imam. Imam Syafi’i pun menyuruhnya agar meminta kepada majikannya untuk mengurangi gajinya menjadi 4 dirham.

Karena menyadari bahwa kata-kata Sang Imam bukan sembarang petuah, dia ikuti juga meski tak masuk akal. Beberapa waktu kemudian dia menghadap Sang Imam dengan wajah yang tampak lebih cerah karena kesusahannya berkurang. Hidupnya yang dulunya sempit kini terasa pas-pasan, istri dan anaknya juga sudah lebih ‘mendingan’. Dia pun meminta petunjuk lagi kepada Imam Syafi’i. Imam Syafi’i ternyata masih menyuruhnya untuk mengurangi gajinya menjadi 3 dirham. Seperti sebelumnya, lelaki itu patuh meski petuah Sang Imam terasa lucu.

Beberapa waktu berselang dia kembali menghadap Imam Syafi’i dengan wajah berseri-seri. “Alhamdulillah ya Imam. Sejak gajiku hanya 3 dirham, justru rasanya hidup kami amat berlimpah. Semua keperluan terpenuhi. Bahkan kami bisa bersedekah. Istriku juga jadi begitu ramah dan penuh perhatian. Anak-anakku taat dan menyejukkan mata. Apa rahasia semua ini? Mengapa 5 dirham kurang, sedang 3 berlimpah?”

Imam Asy Safi’i rahimahullah menjawab dengan sebuah syair, “Dia kumpulkan yang haram pada yang halal untuk memperbanyak. Padahal jika yang haram merasuki yang halal maka ia akan merusak.”

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Nasihat ini bukan diberikan kepada para majikan agar mengurangi gaji pegawainya, tetapi dikhususkan untuk para pegawai agar bisa menempatkan diri sesuai dengan kapasitasnya. Bekerja dengan maksimal agar gaji yang diterimanya pantas untuknya dan menjadikan berkah bagi diri dan keluarganya. Agar hak yang dia terima sesuai dengan kewajiban yang telah dia tunaikan. Lantas apa kewajiban majikan?  Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra, Nabi saw bersabda,

أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

“Berikan kepada seorang pegawai upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Hadis ini memberikan petunjuk dengan sangat terang dan jelas, bahwa di antara kewajiban majikan adalah memberikan gaji kepada pegawainya tepat waktu. Bersegera menunaikan hak pegawai setelah selesainya pekerjaan, atau sesuai kesepakatan kedua belah pihak tentang pemberian gaji. Tanpa ditunda-tunda. Juga tanpa dikurangi hak yang harus diterimanya. Sebagaimana sabda Nabi saw,

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ

“Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman.” (HR. Al-Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564)

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang dapat menunaikan tanggungjawab dan kewajiban dengan baik sebagaimana yang diamanahkan. Aamiin...

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Baik pegawai maupun majikan, keduanya sama-sama mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan yang disepakati di awal, atau yang sudah tertera dalam kontrak kerja. Kita semua harus memahami bahwa disamping berhak untuk mendapatkan apa yang menjadi hak kita, perlu juga kita ingat bahwa di waktu yang sama kita punya kewajiban yang harus ditunaikan.

 

Majikan yang hanya bisa menuntut kewajiban pegawai, sementara abai dan lalai dalam memberikan hak pegawainya, maka dia adalah majikan yang curang. Sebaliknya, pegawai yang hanya bisa menuntut haknya, tetapi ogah-ogahan dalam menjalankan pekerjaannya, maka dia terancam dengan ayat curang di atas. Harta yang dia dapatkan akan bercampur antara yang halal dan yang haram seperti nasihat Imam Syafi’i.

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Semoga Allah SwT menjadikan kita sebagai majikan yang baik, begitu pula sebaliknya bagi para pegawai, semoga kita menjadi pegawai yang baik di mata Allah SwT. Keduanya wajib untuk selalu berjalan di atas jalan dan petunjuk Allah SwT dan Rasul-Nya. Demikian khutbah Jum’at kali ini. Marilah kita akhiri dengan doa.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

 اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً.

 اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

 رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

 

*) Dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah No. 24/105 | 16-31 Desember 2020/1-16 Jumadal Ula 1442

Khutbah Jumat: Ciri Orang Bertakwa

 

Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Allah SWT berfirman,

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ ھدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُـقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَ مِمَّا رَزَقْنٰھمْ يُنْفِقُوْنَ وَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ ھمْ يُوْقِنُوْنَ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al Baqarah [2]: 2-5)

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Termasuk kandungan dari Al-Qur’an adalah berisi tentang ciri-ciri orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang memelihara diri dari siksaan Allah SWT dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Di antaranya ciri-ciri orang yang bertakwa dapat dijumpai pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 2-4. Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang keutamaan takwa dan siapa saja yang termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

Pertama, beriman kepada yang ghaib. Percaya kepada yang ghaib yaitu meyakini adanya sesuatu yang berwujud meskipun tidak dapat ditangkap oleh panca indera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah SWT baik dalam dzat maupun sifat-sifat-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari kebangkitan, hari akhirat, surga beserta kenikmatannya dan neraka beserta azabnya dan sebagainya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat [49]: 18)

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menerangkan bahwa inilah keimanan yang mampu membedakan antara yang muslim dan yang kafir, karena sebuah pembenaran yang semata karena Allah SWT dan Rasul-Nya, maka seorang yang beriman adalah yang mengimani segala sesuatu yang dikabarkan oleh Allah SWT tentangnya atau yang dikabarkan oleh Rasul-Nya baik yang dia saksikan ataupun tidak, baik dia mampu memahami dan masuk dalam akalnya, ataupun akal dan pemahamannya tidak mampu mencernanya.

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Kedua, mendirikan shalat. Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjelaskan bahwa maksud Iqaamush shalah yaitu menjadikannya tegak, dilaksanakan dan tidak ditinggalkan atau diremehkan. Shalat merupakan tiang agama, maka barang siapa yang menegakkannya berarti ia menegakkan agama dan barangsiapa meninggalkannya dan tidak menegakkannya berarti ia meninggalkan dan meremehkan agamanya.

Termasuk dalam menegakkan shalat yaitu menjadikannya memberikan efek bagi kehidupan sehari-hari orang yang melaksanakannyaAllah SWT berfirman, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Ketiga, menginfakkan sebagian harta. Hakikat rizki bukanlah apa yang menjadi kepemilikan manusia melainkan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT sebagai salah satu bentuk kemurahan-Nya. Menafkahkan sebagian rizki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah dirizkikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama untuk memberinya, seperti keperluan diri sendiri, istri, anak, kedua orang tua, termasuk bersedekah kepada orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain. Allah SWT berfirman, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghabun [64]: 16)

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Keempat, Beriman kepada Kitab-kitab. Termasuk ciri dari orang bertakwa adalah membenarkan wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW, yaitu Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya.

Disebutkan oleh Al Imam Ibnu Katsir bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan tentang makna QS. Al Baqarah [2] ayat 4 ini adalah, “mereka percaya kepada apa yang engkau datangkan dari Allah, juga percaya kepada apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul sebelummu, tanpa membeda-bedakan di antara mereka dan tidak mengingkari apa yang telah didatangkan oleh para rasul itu dari Tuhan mereka.”

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Kelima, yakin kepada akhirat. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir. Iman kepada hari akhirat adalah termasuk salah satu rukun iman yang merupakan pendorong yang paling besar dalam hal harapan dan kekhawatiran, sehingga melahirkan perbuatan-perbuatan untuk menyambut datangnya hari akhir tersebut, yaitu amalan-amalan shalih. Karena kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am (6): 32)

 

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...

Setelah menerangkan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa dalam tiga ayat tersebut, Allah SWT kemudian menutupnya dengan firman-Nya, “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah [2]: 5)

 

Jamaah Jumat yang berbahagia...

Artinya, orang-orang yang bertakwa tersebut adalah orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah SWT sesudah mengusahakannya, yaitu keberuntungan. Ibnu Taimiyah berkata, “Keutamaan bukan karena kekayaan dan kefakiran, tetapi karena takwa. Jika ada dua orang yang sama dalam takwanya, berarti keduanya sama dalam derajatnya.”

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

 اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

 رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh Edisi No. 12/XVIII Rabiul Akhir/Desember 2020