Diberdayakan oleh Blogger.

New

Artikel

Kolom Guru

Prestasi

Agenda Sekolah

Info Pendaftaran

Pengelolaan Program Tahfizh dalam Pembentukan Karakter Peserta didik di MI Negeri 11 Boyolali



Pengelolaan Program Tahfizh dalam Pembentukan Karakter Peserta didik di MI Negeri 11 Boyolali


Umi KhoeriyahUIN Raden Mas Said Surakarta, Surakarta, Indonesia

Muhammad Nasri DiniUIN Raden Mas Said Surakarta, Surakarta, Indonesia

Muhammad Miftah, IAIN Kudus, Kudus, Indonesia

 

Abstract

The headmaster has a very important role in the tahfizh program, for its success and able to realize the character of Islamic students. MI Negeri 11 Boyolali is one of the state madrasah that has a superior program of Tahfizh Al-Qur’an Juz 30 for all its students. The purpose of this study was to determine the management of the tahfizh program in character building of students at MI Negeri 11 Boyolali. This research is a form of qualitative descriptive approach. The research subjects were tha principal of the madrasah, the coordinator of the tahfizh program, 4 tahfizh teachers, 2 student for each class. Data collection techniques in this study using interviews, observation and documentation. The results of the study indicated that : First, overall the management of the tahfizh program for building the students character at MI Negeri 11 Boyolali has been going well, while its implementation included: (1) planning; (2) organizing; (3) direction; and (4) monitoring the tahfizh program. Second, the application of memorizing Qur’an method those have been applied are (1) the tahfizh method; (2) caption method; and (3) tartil method. Third, the supporting and inhibiting factors of the tahfizh program, the supporting factors are: (1) social environment; (2) the Qur’an provided by the madrasah for memorizing; (3) the availability of classes for tahfizh activities; and (4) there are tahfizh teachers. The inhibiting foctors are: (1) the lazy nature of students; (2) the lack of classes for tahfizh activities; and (3) lack of tahfizh teachers.

Keywords: Character Building, Madrasah Students, Tahfizh Program

 

Abstrak

Kepala madrasah mempunyai peran yang sangat penting dalam pengelolaan program tahfizh untuk keberhasilan dan mewujudkan karakter peserta didik yang Islami. MI Negeri 11 Boyolali adalah salah satu madrasah negeri yang mempunyai program unggulan tahfizh Al-Qur’an juz 30 untuk semua peserta didiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan program tahfizh dalam pembentukan karakter peserta didik di MI Negeri 11 Boyolali. Bentuk penelitian yang dipakai dalam artikel ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subyek penelitiannya adalah kepala madrasah, kordinator program tahfizh, 4 guru tahfizh, 2 peserta didik untuk masing-masing kelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, pengelolaan program tahfizh dalam pembentukan karakter peserta didik MI Negeri 11 Boyolali, secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik, adapun pelaksanaannya meliputi: (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pemantauan program tahfizh. Kedua, metode menghafal Al-Qur’an yang diterapkan adalah: (1) Metode tahfizh; (2) Metode takrir; (3) Metode tartil. Ketiga, aspek pendukung dan penghambat program tahfizh, aspek pendukung yaitu: (1) lingkungan sosial; (2) Al-Qur’an yang disediakan pihak madrasah untuk menghafal; (3) tersedianya kelas untuk kegiatan tahfizh; dan (4) adanya guru tahfizh. Aspek penghambat yaitu: (1) sifat malas peserta didik (2) kurangnya kelas untuk kegiatan tahfizh; dan (3) kurangnya guru tahfizh.

Kata kunci: Pembentukan Karakter, Peserta Didik Madrasah, Program Tahfizh


Full Text:

 

Sejarah Pemuda Muhammadiyah


1. Kepedulian KH. Ahmad Dahlan Terhadap Pemuda

KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, memiliki perhatian besar terhadap generasi muda. Beliau menyadari bahwa masa depan gerakan Islam dan kemajuan umat sangat bergantung pada kualitas pembinaan terhadap pemuda. Maka, sejak awal berdirinya Muhammadiyah, beliau tidak hanya fokus pada pembaharuan pendidikan dan dakwah, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kepemimpinan pemuda Islam.

Di lingkungan Kauman Yogyakarta, KH. Ahmad Dahlan secara aktif menghimpun para pemuda, bahkan mereka yang dikenal "bandel" sekalipun. Dengan pendekatan yang humanis dan penuh kasih sayang, beliau mengajak mereka untuk belajar agama, akhlak, dan keterampilan hidup. Dari sinilah muncul embrio gerakan pemuda dalam Muhammadiyah, yaitu sebuah kelompok bernama Siswo Proyo Priyo (SPP). Organisasi ini menjadi media pembinaan keislaman, penguatan mental, serta pengasahan kemampuan sosial bagi remaja dan pemuda Muhammadiyah.

 

2. Lahirnya Muhammadiyah Bagian Pemuda

Melalui SPP dan berbagai bentuk aktivitas kepemudaan lainnya, semangat dan potensi pemuda Muhammadiyah semakin terlihat. Di berbagai wilayah, anak muda Muhammadiyah menginisiasi kegiatan dakwah, diskusi, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Mereka menjadi motor penggerak gerakan Muhammadiyah di tingkat lokal.

Aspirasi untuk memiliki wadah kepemudaan yang lebih luas dan terstruktur akhirnya terwujud dalam Kongres Muhammadiyah ke-21 di Makassar pada tahun 1932. Dalam kongres tersebut diputuskan pendirian Muhammadiyah Bagian Pemuda sebagai bagian resmi dari organisasi Muhammadiyah. Tujuan utama dari bagian ini adalah untuk secara khusus membina, mengasuh, dan mengembangkan potensi generasi muda Muhammadiyah agar siap menjadi pelanjut dakwah dan perjuangan Persyarikatan.

Pendirian ini disambut dengan sangat antusias oleh para pemuda di seluruh Indonesia. Dalam waktu yang relatif singkat, Muhammadiyah Bagian Pemuda terbentuk di hampir semua cabang dan ranting Muhammadiyah.

 

3. Pemuda Muhammadiyah sebagai Organisasi Otonom

Seiring dengan pesatnya perkembangan organisasi dan tingginya partisipasi kader muda, Muhammadiyah Bagian Pemuda tidak lagi hanya menjadi bagian pelengkap, melainkan sebagai kekuatan strategis dalam tubuh Persyarikatan. Dengan persetujuan Majelis Tanwir, maka pada 26 Dzulhijjah 1350 H atau bertepatan dengan 2 Mei 1932, Pemuda Muhammadiyah resmi berdiri sebagai Organisasi Otonom (Ortom). Ini menandai lahirnya Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan yang memiliki otoritas mandiri dalam mengelola rumah tangga organisasinya sendiri.

Sebagai ortom, Pemuda Muhammadiyah menyusun sistem kaderisasi, agenda dakwah, dan program-program pembinaan kepemudaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam dan misi Muhammadiyah.

 

4. Gerakan Pemuda yang Progresif dan Strategis

Sejak awal, Pemuda Muhammadiyah menampilkan diri sebagai gerakan kepemudaan yang progresif, berakar pada nilai Islam berkemajuan, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah umat dan bangsa.

Pada dekade 1930-an, Pemuda Muhammadiyah aktif menyelenggarakan konferensi daerah dan nasional yang mempertemukan para pimpinan Pemuda Muhammadiyah dari berbagai cabang dan ranting. Forum-forum tersebut menjadi arena diskusi strategis, penguatan jaringan, dan pengokohan visi gerakan. Kepemimpinan yang lahir dari forum ini bukan hanya menjadi motor penggerak dakwah di daerahnya, tetapi juga tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin nasional yang memiliki integritas tinggi.

Kendati secara resmi baru berdiri pada 2 Mei 1932, Pemuda Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan awal Muhammadiyah. Di daerah-daerah, berdirinya Muhammadiyah sering didahului oleh kegiatan-kegiatan yang dipelopori oleh kalangan pemuda. Pemuda Muhammadiyah bahkan menjadi inisiator utama berdirinya cabang dan ranting Muhammadiyah. Artinya, dalam banyak kasus, pertumbuhan Muhammadiyah justru didahului oleh inisiatif para pemudanya.

 

5. Peran dalam Perjuangan dan Kemerdekaan Bangsa

Ketika Indonesia memasuki masa revolusi kemerdekaan, banyak kader Pemuda Muhammadiyah yang turut serta dalam perjuangan. Mereka tampil sebagai pejuang di medan tempur, sebagai pemikir di forum-forum kebangsaan, dan sebagai pelopor pendidikan serta pelayanan sosial di tengah rakyat.

Semangat Islam dan nasionalisme yang menjadi ciri khas pembinaan Pemuda Muhammadiyah menjadikan mereka tidak pernah absen dalam setiap episode sejarah penting bangsa Indonesia. Bahkan hingga pasca kemerdekaan, kader-kader Pemuda Muhammadiyah terus berkiprah dalam pembangunan nasional melalui berbagai jalur: pendidikan, dakwah, birokrasi, politik, hukum, dan kewirausahaan.

 

6. Dinamika dan Kontribusi Era Kontemporer

Maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah adalah menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Ruang lingkup dan usaha gerakan Pemuda Muhammadiyah yaitu gerakan dakwah amar maruf nahi munkar, gerakan keilmuan, gerakan sosial kemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan. 

Memasuki era reformasi dan globalisasi, Pemuda Muhammadiyah terus menunjukkan relevansinya. Organisasi ini tidak hanya menjadi wadah pengkaderan, tetapi juga laboratorium kepemimpinan dan pemikiran Islam yang dinamis. Pemuda Muhammadiyah aktif di ruang publik dengan ciri khas sebagai berikut:

Pertama, memiliki memiliki kapasitas dan integritas untuk mengajarkan dan mengamalkan Islam yang wasathiyah.

Kedua, memiliki pandangan nasionalis religius dan menjadi garda terdepan dalam mengawal kepentingan bangsa dan negara serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila UUD 45 dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ketiga, mengedepankan nilai etika politik kenegaraan yang menjadi ciri khas persyarikatan Muhammadiyah.

Keempat, tanggung jawab dalam meraih dan mengawal kekuasaan demi kesejahteraan masyarakat.

Kelima, berperan aktif menyuarakan isu-isu internasional.

Motto “Fastabiqul Khairat” (Berlomba-lomba dalam kebaikan) bukan hanya semboyan, tetapi menjadi semangat dasar dalam setiap gerakan dan aksi Pemuda Muhammadiyah.

 

Penutup

Sejak cikal bakalnya dalam SPP hingga lahir secara resmi sebagai organisasi otonom, Pemuda Muhammadiyah telah menempuh perjalanan panjang sebagai gerakan kader, gerakan dakwah, dan gerakan sosial yang kokoh dalam nilai-nilai Islam berkemajuan. Ia tidak hanya menjadi bagian dari Muhammadiyah, tetapi juga bagian penting dari sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa.

Dengan semangat tajdid (pembaharuan), Pemuda Muhammadiyah akan terus menjadi pelopor perubahan, pelangsung perjuangan, dan penyempurna cita-cita Islam untuk mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, adil, dan sejahtera. [Dari berbagai sumber]